Jumat, 17 Juli 2009

Meningkatkan Hasil Belajar IPA- Fisika Siswa Kelas IX pada Materi Pokok Listrik dinamis Melalui Model Latihan Inquiri di SMP Negeri 15 Kendari

A. Judul : Meningkatkan Hasil Belajar IPA- Fisika Siswa Kelas IX pada Materi Pokok Listrik dinamis Melalui Model Latihan Inquiri di SMP Negeri 15 Kendari

B. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha untuk meningkatkan intelektual manusia secara terpadu yang menunjang proses pencapaian pembangunan nasional di berbagai bidang. Hal-hal yang terkait dalam bidang ini berkisar pada aspek kurikulum, staf pengajar (guru), lingkungan sekolah, anak didik maupun masyarakat secara keseluruhan berpengaruh pada mutu pendidikan secara umum.
Fisika sebagai bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah

Fisika sebagai bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa bidang studi fisika juga memegang peranan penting dalam upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Fisika juga merupakan salah satu cabang ilmu yang memiliki banyak kontribusi terhadap perkembangan sains dan teknologi.
Sebagai salah satu cabang ilmu, fisika mencakup aspek produk proses atau nilai-nilai atau sikap, sehingga dalam pembelajarannya perlu memperhatikan ketiga aspek tersebut secara proporsional. Dengan demikian, pembelajaran di sekolah seyogyanya tidak hanya difokuskan pada pengajaran konsep/produk dan bersifat hafalan, tetapi juga harus memperhatikan aspek-aspek proses dan nilai-nilai yang menuntut siswa melakukan kegiatan dan membentuk sikapnya sebagai calon-calon ilmuwan. Oleh karena itu, model, strategi dan metode pembelajaran di sekolah yang menekankan aspek-aspek proses dan nilai-nilai dipandang perlu.
Salah satu faktor yang dapat menentukan peningkatan prestasi belajar siswa yang dapat menentukan peningkatan prestasi belajar fisika adalah guru. Guru harus mampu meningkatkan kualitas pengajaran fisika. Menurut Usman dalam Endang Sri (2001: 1) dalam meningkatkan kondisi belajar mengajar sedikitnya ditentukan oleh lima variabel, yaitu (1) menarik minat dan perhatian siswa, (2) melibatkan siswa secara aktif, (3) meningkatkan motivasi siswa,
(4) prinsip individualitas serta (5) peragaan dalam pengajaran. Namun kenyataan menunjukkan bahwa pengajaran fisika di sekolah masih juga ditemukan permasalahan-permasalahan diantaranya rendahnya minat belajar fisika siswa, rendahnya pemahaman siswa, rendahnya keterampilan siswa dalam memecahkan masalah fisika yang pada akhirnya menyebabkan rendahnya prestasi belajar fisika.
Prestasi belajar fisika siswa pada SMP Negeri 15 Kendari terutama di kelas IX masih rendah. Dari hasil wawancara dan observasi penulis terhadap guru fisika pada hari tersebut tanggal 25 Juni 2007 terlihat bahwa rendahnya prestasi belajar fisika siswa tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil ulangan harian siswa keseluruhan listrik dinamis semester ganjil sebesar 5,37 belum memenuhi standar minimal dari sekolah yaitu 6,0 (Wakasek kurikulum, 2007)
SMP Negeri 15 Kendari di bangun pada tahun 2003, ini menunjukkan bahwa sekolah tersebut tergolong masih sangat baru. Diantaranya belum ada gedung laboratorium dan juga alat-alat laboratorium. Akibatnya dalam pengajaran fisika guru harus mencari cara agar pembelajaran IPA-Fisika agar berlangsung sesuai dengan hakekat belajar IPA-Fisika.
Dari hasil observasi dengan guru terhadap kegiatan pembelajaran di kelas, terlihat bahwa guru menjadi pusat kegiatan pembelajaran di kelas. Dalam arti guru terlalu jauh membimbing siswa dalam menemukan penyelesaian dari suatu masalah sehingga siswa kurang aktif (kurang antusias) dan tidak termotivasi dalam belajar. Akibatnya siswa tidak terbiasa untuk berkreasi mengembangkan pemikirannya dalam menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Sementara dalam kegiatan pembelajaran yang diinginkan dalam kurikulum bahwa pembelajaran itu terpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator dan motivator.
Melihat rendahnya hasil belajar kelas ditambah pula kurangnya antusias dan motivasi untuk belajar, maka penelitian bersama guru mencoba salah satu alternatif tindakan untuk membantu guru dalam pembelajaran sehingga mempermudah siswa memahami pokok bahasan dalam fisika khususnya pada materi pokok listrik dinamis, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari fisika secara aktif dan konstruktif dan upaya melibatkan siswa secara langsung dalam proses belajar mengajar fisika mengenai kecakapan siswa memperlihatkan kemampuan cara melakukan kegiatan latihan inquiri seperti merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variabel, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data dan merumuskan kesimpulan.
Dalam latihan inquiri dapat lebih mengaktifkan siswa dalam belajar, antara lain melatih siswa dalam menyelidiki suatu konsep dalam IPA, atau siswa dilatih secara ilmuwan cilik. Latihan inquiri merupakan suatu pendekatan yang efektif karena kegiatannya sesuai pola pikir matematis sehingga akan sangat bermanfaat karena dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan kritis dari siswa.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penulis berkeinginan untuk mengadakan suatu penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX pada Materi Pokok Listrik dinamis Melalui Model Latihan Inquiri di SMP Negeri 15 Kendari”.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana keterampilan inquiri siswa pada materi pokok listrik dinamis dengan menerapkan model latihan inquiri dalam pembelajaran IPA.
2. Apakah hasil belajar IPA -Fisika siswa kelas IX SMP Negri 15 Kendari dapat ditingkatkan melalui pembelajaran dengan menerapkan latihan inquiri pada materi pokok listrik dinamis.
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Memberikan gambaran hasil belajar IPA-Fisika kelas IX SMP Negri 15 Kendari pada materi pokok listrik dinamis melalui model latihan Inquiri.
2. Untuk meningkatkan hasil belajar IPA-Fisika siswa kelas IX SMP Negri 15 Kendari pada materi pokok listrik dinamis melalui latihan inquiri.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Siswa
a. Melatih siswa agar mampu memahami soal-soal fisika yang tersedia, kemudian mengembangkannya menjadi soal-soal lain sebagai dasar pemahaman konsep yang diberikan.
b. Melatih siswa agar tanggap terhadap informasi dari situasi yang terjadi, kemudian mengkaitkannya dengan lain sehingga menjadi bermakna.
2. Bagi Guru
a. Dapat memberi sumbangan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran fisika.
b. Sebagai informasi bagi guru-guru fisika, khususnya guru fisika SMP mengenai model latihan inquiri.
3. Bagi Sekolah
Diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas sekolah.
4. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi penelitian berikutnya yang relevan dengan penelitian ini.
F. Batasan Masalah
1. Hasil Belajar IPA-Fisika adalah nilai yang diperoleh siswa setelah mempelajari mata pelajaran IPA- fisika melalui pembelajaran latihan inquiri dalam kurun waktu tertentu yang diukur menggunakan hasil belajar pada materi listrik dinamis.
2. Keterampilan inquiri adalah keterampilan siswa yang diperlihatkan dalam kemampuan merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variabel, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data dan merumuskan kesimpulan.
3. Model latihan inquiri adalah kegiatan pembelajaran siswa yang diperlihatkan dalam kemampuan merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variabel, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data dan merumuskan kesimpulan.
G. Kajian Pustaka
1. Hakikat Belajar Sains
Pendapat Nash tentang ilmu pengetahuan alam ini diperkuat oleh pendapat Einstein (Nash, 1963) yang mengatakan bahwa “Science is the attempt to make the chaotic diversity of our sense experience correspond to a logically uniform system of thought. In this single experiences must be correlated with the theoretic structure in such a way that the resulting coordination is unique and convicing” (Ilmu pengetahuan pada dasarnya berasal dari pengalaman-pengalaman pribadi yang masih butuh Pembuktian. Pengalaman-pengalaman itu mesti disusun kembali dengan kerangka pemikiran yang logis serta dikaitkan dengan teori yang terstruktur baik sehingga kebenarannya dapat meyakinkan dan dapat diterima). Ilmu pengetahuan alam dipandang sebagai a logically uniform system of thought, atau ilmu pengetahuan alam merupakan suatu pola pikir dan seragam “A logically uniform system of thought” ini adalah metode ilmiah.
Bernal (Bernal, 1969) dalam bukunya “science in History” mengatakan untuk menjawab pertanyaan “apa manfaat dan arti dari pengetahuan alam “ternyata para ilmuwan memberikan jawaban yang berbeda. Perbedaan arti “apa arti ilmu pengetahuan alam itu?” baik dari para ilmuwan yang berbeda maupun ilmuwan dari masa ke masa. Menurut perkembangannya. Pada awal pengembangannya, ilmu pengetahuan alam diartikan sebagai pengetahuan, atau pengetahuan umum yang berisi apa saja yang diketahui manusia. Kemudian berkembang lagi menjadi pengetahuan ilmiah yang rasional dan obyektif. Adapun latar belakang pekerjaan manusia itu memang dapat mempengaruhi pandangannya terhadap sesuatu. Artinya suatu obyek yang sama akan diartikan sangat berlainan oleh orang yang mempunyai latar belakang pekerjaan yang berbeda.
Dari yang dikemukakan diatas bahwa Ilmu Pengetahuan Alam dapat dilihat dari dua dimensi. Yaitu ilmu pengetahuan Alam adalah suatu kumpulan pengetahuan ilmiah yang disusun secara logis dan sistematis. Dan Ilmu Pengetahuan Alam dapat dilihat dari segi proses atau Metodologi untuk mendapatkan produk ilmu pengetahuan alam.
2. Belajar Mengajar Fisika
Kalau kita bergerak dalam dunia pendidikan dan latihan baik sebagai guru, dosen, pelatih, instruktur, atau bahkan sebagai siswa, mahasiswa dan pihak yang dilatih, barangkali istilah proses belajar mengajar tidak asing lagi. Belajar dan mengajar adalah dua hal yang berbeda tetapi antara keduanya terdapat keterkaitan yang saling mempengaruhi dan menunjang satu sama lain dalam keberhasilan proses belajar mengajar.
Sadiman, (1984: 1) menyatakan bahwa dalam belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Sedangkan Slameto (2003: 2) menyatakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru dalam keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Selanjutnya Hamalik (1994: 36-37) mendefinisikan belajar sebagai (1) modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman,
(2) suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Sedangkan menurut Winkel (1991: 43) mengemukakan belajar sebagai suatu aktifitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya yang menghasilkan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap serta perubahan yang bersifat relatif konstan dan berbekas.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan untuk menguasai pengetahuan, kemampuan, keterampilan, nilai dan sikap yang diperoleh baik dari pengalaman maupun melalui interaksi dengan lingkungannya.
Hamalik (1994: 70) mengatakan bahwa mengajar adalah:
(a) menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik/siswa di sekolah,
(b) mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan di sekolah, (c) mengorganisasikan lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi siswa, (d) mempersiapkan siswa untuk menjadi warga masyarakat yang baik, (e) membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari. Selanjutnya Zain (2002: 45) menyatakan bahwa mengajar adalah proses mengatur mengorganisasikan lingkungan yang ada di sekitar siswa hingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar.
Pendapat lain dikemukakan oleh Alvin W. Howard dalam Slameto (2003: 31) mendefinisikan mengajar sebagai suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan keahlian (skill), sikap (attitudes), cita-cita (ideals), penghargaan (appreciations) dan pengetahuan (knowledge), maksudnya bahwa guru harus berusaha membawa perubahan tingkah laku yang baik atau kecenderungan untuk mengubah tingkah laku siswanya.
Dari beberapa pengertian tentang mengajar di atas, dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu kegiatan guru dalam menyampaikan pengetahuan, mengorganisasikan, membimbing serta mempersiapkan siswa dalam kegiatan belajarnya sehingga tujuan belajar dapat tercapai secara optimal.
Dapat juga diartikan bahwa belajar mengajar fisika merupakan suatu proses pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa, dimana proses perubahan siswa diarahkan pada peningkatan kemampuan dalam mempelajari fisika sedangkan guru dalam mengajar harus mengatur dan menciptakan lingkungan yang kondusif di sekitar siswa, dimana karakteristik fisika merupakan hal penting yang harus diperhatikan selama berlangsungnya proses belajar mengajar itu sendiri sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
3. Hasil Belajar Fisika
Inquiri merupakan suatu ide yang memiliki banyak arti bagi banyak orang dalam banyak konteks, yakni: (1) inquiri adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan; (2) inquiri adalah seni dan sains tentang mengajukan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan; (3) selama inquiri, guru dapat mendorong/ mengajukan pertanyaan agar siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri; (4) inquiri adalah apa yang dilakukan oleh para ilmuwan; (5) melalui pengamalan sains bagi inquiri, siswa belajar bagaimana menjadi/ bekerja sebagai ilmuwan-ilmuwan; (6) inquiri menyediakan siswa pengalaman-pengalaman konkret dalam pelajaran secara pro-aktif; (7) inquiri memungkinkan siswa pada tingkat perkembangan yang berbeda bekerja pada masalah yang serupa, dan bahkan bekerja sama menemukan pemecahan masalah yang serupa, dan bahkan kerja sama menemukan pemecahan masalah tersebut; (8) inquiri memungkinkan pengintegrasian dari banyak disiplin ilmu; (9) inquiri melibatkan komunikasi atau transfer informasi; (10) inquiri memungkinkan siswa belajar tentang siapa mereka dan apa yang mereka ketahui, dan bagai mana pikiran mereka bekerja; (11) pada saat menggunakan inquiri dalam kegiatan belajar-mengajar, guru harus ”mengigit lidah” mereka dalam arti peran harus lebih baik dimainkan oleh siswa; dan (12) inquiri menghendaki siswa untuk mengambil tanggung jawab yang lebih banyak atas pendidikan mereka sendiri (Nur, 2001: 1-3).
Berdasarkan pengertian belajar yang dikemukakan pada pembahasan awal dapat dijelaskan bahwa prestasi sebagai suatu hasil yang dicapai pada kegiatan belajar karena adanya pengalaman dan latihan tertentu.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 787), prestasi diartikan sebagai hasil yang telah dicapai (telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Winkel (1984: 102) mengemukakan bahwa prestasi belajar dihasilkan oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan/pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Sedangkan menurut Slameto (1995: 54) prestasi belajar yang diperoleh siswa pada dasarnya berbeda-beda yang diakibatkan oleh kemampuan siswa yang berbeda-beda pula dan dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diartikan bahwa prestasi belajar fisika adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai siswa dalam belajar fisika dalam kurun waktu tertentu dan diukur dengan menggunakan alat evaluasi.
4. Teori Model Pembelajaran Inquiri
Inquiri adalah istilah dalam bahasa Inggris yang berarti penyelidikan, merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan oleh guru untuk mengajar di depan kelas (Rostiyah, 1991: 75).
Usman (2000: 125) menyatakan bahwa inquiri adalah suatu cara penyampaian pelajaran dengan penelaahan sesuatu yang bersifat mencari secara kritis, analisis dan argumentative (ilmiah). Inquiri dapat dilakukan secara individual, kelompok atau klasikal baik di dalam maupun di luar kelas.
Menurut Elliot Seif dalam Soetjipto (1996), inquiri berarti untuk bagaimana menemukan sesuatu dan untuk mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah, dimana inquiri melibatkan empat karakter penting yaitu: (1) melibatkan pendekatan pertanyaan untuk mempelajari dan membuat pikiran terhadap ide-ide baru; (2) penyelidikan (inquiri) berorientasi pada seseorang yang mempunyai kesabaran khusus; (3) inquiri berdasarkan pada asumsi atau anggapan kebebasan berpendapat, asumsi atau tanggapan yang individual dibolehkan dan diharapkan harus “ide hebat” dari diri mereka sendiri; (4) inquiri adalah proses yang melibatkan perkembangan atau pertumbuhan.
Inquiri mempunyai kesamaan dengan pemikiran induktif, pemecahan masalah dengan pemikiran induktif, pemecahan masalah (problem solving), penemuan (discovery) dan pemikiran kritis atau berpikir kritis (Marsh, 1999: 100).
Selanjutnya Marsh menjelaskan istilah-istilah tersebut yakni inquiri adalah strategi pengajaran seluruh kelas yang memerlukan siswa yang mempunyai pikiran intelektual yang sama jika mereka melakukan penyelidikan (pengusutan) ilmiah sendiri. Penemuan (discovery) mengarah kepada aspek “nyata yang mana aspek ini adalah pemecahan intuitif dari suatu masalah.
Pemikiran induktif adalah menegaskan contoh nyata bagaimana siswa dapat menggunakan pengertian ini dalam konsep yang berbeda. Inquiri dapat melibatkan dua proses yaitu induktif dan deduktif. Sedangkan pemikiran kritis merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kemampuan siswa menggunakan proses pemikiran yang konvergen seperti: mampu memeriksa, menguji aspek logis suatu masalah dan mampu membuat keputusan pragmatis. Pemecahan masalah melibatkan siswa dalam penyelidikan dan menguji suatu masalah dengan kritis. Ini juga melibatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis berhadapan dengan masalah dan kecakapan mensintesis suatu masalah untuk pemecahannya.
Jadi, menurut para ahli di atas tentang pengertian dan tujuan inquiri dapat disimpulkan bahwa inquiri adalah salah satu metode atau cara pengajaran yang dilakukan di dalam kelas, yang meliputi aspek merumuskan masalah dan pertanyaan penelitian, merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variabel, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data, dan merumuskan kesimpulan. Sehingga dalam prosesnya menuntut siswa untuk berpikir logis, analisis dan argumentative (ilmiah) bertujuan untuk membantu mengembangkan pengetahuan siswa berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
Naylor dan Diem dalam Soetjipto (2001: 195-196) menjelaskan bahwa proses inquiri memiliki elemen-elemen keterampilan, yaitu: (1) merumuskan suatu masalah; (2) merumuskan hipotesis; (3) mengidentifikasi variabel;
(4) mengumpulkan data, (5) tes hipotesis; dan (6) merumuskan kesimpulan. Elemen-elemen tersebut masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Merumuskan masalah
Memilih masalah penelitian merupakan salah satu langkah paling sulit dalam proses penelitian/penyelidikan. Hal ini dikarenakan rumusan masalah atau pertanyaan penelitian baru dapat dirumuskan dengan baik apabila peneliti telah menguasai fakta, konsep dan teori yang relevan. Penelitian eksperimen harus memiliki rumusan masalah sedangkan penelitian pengamatan harus memiliki pertanyaan penelitian (Nursalam, 2002: 30).
2) Merumuskan hipotesis
Secara umum, hipotesis merupakan kesimpulan teoritik yang masih harus diuji kebenarannya melalui analisis terhadap bukti-bukti empirik (Danim, 1997). Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan bukan pertanyaan dengan kriteria hipotesis yang baik, yaitu (1) harus dalam bentuk kalimat berita jelas dan tidak bermakna ganda; (2) harus terkait dengan konteks dan memiliki daya klasifikasi; (3) harus dapat diuji melalui analisis terhadap bukti-bukti empirik dan (4) harus mengikuti alur pengetahuan, teori atau generalisasi yang ada (Nursalam, 2002: 11).
3) Mengidentifikasi variabel
Variabel merupakan suatu konsep variasi nilai dan variasi nilai itu tampak jika variabel didefinisikan secara operasional (Nursalam, 2002: 11).
4) Mengumpulkan data
Sesudah hipotesis dirumuskan siswa mengumpulkan data untuk uji hipotesis. Untuk mengumpulkan data siswa harus mempertimbangkan apakah perlu menggunakan buku latihan dan bahan-bahan lain yang ada di ruangan seperti: majalah, artikel-artikel, koran, buku di sekolah atau di perpustakaan, dan lain-lain. Bayer menganjurkan guru-guru mempersiapkan siswa dengan data yang diperlukan untuk hipotesis (Naylor dan Diem dalam Soetjipto, 2001:196).
5) Tes hipotesis
Setelah data dikumpulkan dan diuji, tingkat penyelidikan berikutnya bagi siswa adalah membedakan antara penjelasan yang hanya dan cukup masuk akal, bukti-bukti dasar yang telah mereka peroleh, siswa perlu untuk diperkenalkan kesimpulan atau penjelasan yang dapat dipertahankan. Dalam hal ini siswa harus menggunakan kemampuan berpikir analisis, sintesis dan evaluasi (Diem dalam Soetjipto, 2001: 197).
6) Merumuskan kesimpulan
Seluruh proses penyelidikan tidak dipertimbangkan secara lengkap sampai siswa menterjemahkan dan mengevaluasi informasi yang sedang berkembang dengan solusi mereka sendiri sehingga salah satu yang terpilih harus banyak didukung oleh fakta-fakta atau bukti-bukti. Proses ini melibatkan siswa dalam membuat kesimpulan tentang proyek penelitian atau penyelidikannya. Mereka harus menghubungkan kesimpulan dengan pertanyaan atau hipotesis yang dirumuskan sendiri (Marsh dalam Soetjipto, 2001: 153).
Dengan demikian kesimpulan inquiri dalam penelitian ini diwujudkan dalam kecakapan: (1) merumuskan masalah dan pertanyaan penelitian; (2) merumuskan hipotesis; (3) mengidentifikasi variabel;
(4) melaksanakan eksperimen; (5) mengumpulkan data dan (6) merumuskan kesimpulan.

4. Sintaks Model Pembelajaran Inquiri Terbimbing.
Joice dan Well (1996: 197-202) mengemukakan bahwa model latihan pembelajaran inquiri mempunyai lima fase seperti tampak pada tabel.
Tabel : Sintaks Model Pembelajaran Inquiri.

(Sumber: Joice dan Well, 1996).
Pada fase pertama, adalah konfrontasi siswa dari situasi yang tidak menentu (penuh dengan teka-teki), yaitu guru memunculkan suasana yang bermasalah dan menjelaskan cara penyelidikan kepada siswa (bentuk pertanyaan yang hendaknya dapat dijawab ya atau tidak).
Fase kedua, pembuktian, yaitu proses dimana siswa mengumpulkan informasi yang mereka lihat atau alami dalam praktikum atau eksperimen.
Fase tiga, siswa diperkenalkan unsur baru ke dalam situasi untuk melihat jika peristiwa terjadi secara berbeda. Walaupun Pembuktian dan percobaan dijelaskan dalam tahap yang berbeda, pemikiran siswa dan jenis pertanyaan mereka biasanya membangkitkan alternatif dua aspek ini dari pengumpulan data.
Fase keempat, guru mengajak siswa merumuskan penjelasan tersebut. Beberapa siswa akan mengalami kesulitan dalam mengemukakan informasi yang mereka peroleh, untuk memberikan uraian yang jelas. Mereka dapat memberikan penjelasan yang tidak begitu mendetail.
Fase kelima, siswa dapat menganalisa ketidakmampuan mereka masing-masing. Siswa dapat menentukan pertanyaan yang efektif bagi diri mereka sendiri. Tahap ini adalah penting jika membuat proses penyelidikan dan mencoba mengembangkannya.
5. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Sutanti Tosepu (2004) menyimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam menguasai aspek-aspek keterampilan berinquiri dapat dikembangkan melalui pembelajaran fisika berbasis inquiri.
6. Kerangka Berpikir
Setiap kegiatan pendidikan formal, pelajaran fisika merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa dan akhirnya menganggap fisika sebagai momok. Fisika sering dikeluhkan sebagai mata pelajaran yang sulit dan membosankan sehingga tidak heran apabila fisika merupakan pelajaran yang ditakuti oleh siswa. Salah satu saran dari pakar pendidikan fisika, untuk meningkatkan mutu pembelajaran fisika adalah dengan menekankan pengembangan kemampuan siswa dalam pembentukan soal.
Pembelajaran fisika dengan model latihan inquiri dapat meningkatkan keaktifan siswa. Sehingga dengan meningkatkan keaktifan siswa, secara langsung dapat meningkatkan prestasi belajar siswa karena kegiatan inquiri itu sesuai dengan pola pikir matematis dalam arti: (1) pengembangan fisika sering terjadi dari latihan inquiri, (2) latihan inquiri merupakan salah satu tahap dalam berpikir matematis. Dengan demikian pembelajaran model latihan inquiri memperlihatkan bahwa dapat meningkatkan mutu pembelajaran fisika serta dapat meningkatkan kreativitas kerja siswa.
Dari uraian di atas jelas bahwa pembelajaran fisika dengan pendekatan model latihan inquiri akan sangat bermanfaat, karena dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan kritis dari siswa. Ini termasuk kelebihan dari pembelajaran melalui model latihan inquiri.
7. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka dan hasil-hasil penelitian, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah, hasil belajar IPA-Fisika siswa kelas IX SMP Negeri 15 Kendari pada materi pokok listrik dinamis dapat ditingkatkan melalui model latihan inquiri dalam pembelajaran.


H. Metode Penelitian
1. Setting Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2006/2007 di kelas IX SMP Negeri 15 Kendari.
2. Faktor yang Diteliti
Ada beberapa faktor yang ingin diteliti untuk menjawab permasalahan yang telah dikemukakan di atas. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a. Faktor siswa; untuk melihat prestasi belajar siswa dalam mempelajari fisika.
b. Faktor guru; guru melihat bagaimana materi pelajaran dipersiapkan dan bagaimana teknik guru dalam menerapkan model latihan inquiri.
c. Faktor sumber belajar; melihat apakah sumber pelajaran yang tersedia dapat mendukung pelaksanaan model pembelajaran yang ditetapkan.
3. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terbagi dalam 3 siklus. Adapun desain dan model penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar Rancangan dan Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Tim Pelatih Proyek PGSM, 1999: 27)

Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai seperti apa yang telah didesain dalam faktor yang diselidiki. Untuk dapat mengetahui prestasi siswa dalam belajar fisika. Sebelum diberikan tindakan, terlebih dahulu diberikan tes awal sedangkan observasi awal adalah untuk mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar fisika. Tiap siklus terdiri dari 4 tahap kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi.
Penelitian tindakan kelas memiliki empat tahap yang dirumuskan oleh Lewin (Kemmis dan Mc Tangger 1992) yaitu planning (rencana), Action (tindakan), observation (pengamatan) dan reflection (refleksi). Adapun tahap-tahapnya adalah sebagai berikut:
a. Planning (rencana)
Rencana merupakan tahapan awal yang harus dilakukan guru sebelum melakukan sesuatu. Diharapkan rencana tersebut berpandangan kedepan, serta fleksibel untuk menerima efek-efek yang tak terduga dan dengan rencana tersebut secara dini kita dapat mengatasi hambatan. Rencana tindakan dilakukan satu siklus dalam dua kali pertemuan yang dilengkapi dengan perangkat pembelajaran, inquiri, media, simulasi/latihan. Dengan perencanaan yang baik seorang praktisi akan lebih mudah untuk mengatasi kesulitan dan mendorong praktisi tersebut untuk bertindak lebih efektif. Sebagai bagian dari perencanaan, partisipan harus bekerja sama dalam diskusi untuk membangun suatu kesamaan bahasa dalam menganalisis dan memperbaiki pengertian maupun tindakan mereka dalam situasi tertentu.
b. Action (tindakan).
Tindakan ini merupakan penerapan dari perencanaan yang telah di buat yang dapat berupa sesuatu penerapan model pembelajaran tertentu yang bertujuan untuk memperbaiki atau menyempurnakan model yang sedang dijalankan. Tindakan tersebut dapat di lakukan antara guru dan peneliti yang terlibat langsung dalam pelaksanaan suatu model pembelajaran yang Hasilnya juga akan dipergunakan untuk penyempurnaan pelaksanaan tugas.
c. Observation (Pengamatan).
Pengamatan ini berfungsi untuk keterlaksanaan skenario inquiri, penerapan metode, penggunaan media, evaluasi dan masalah-masalah yang muncul dalam penelitian ini.
d. Reflection (refleksi).
Refleksi disini meliputi kegiatan: analisis, sintesis, penafsiran (penginterprestasi), menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi adalah diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada pertemuan selanjutnya. Dengan demikian, penelitian tindakan tidak dapat dilaksanakan dalam sekali pertemuan karena hasil refleksi membutuhkan waktu untuk melakukannya sebagai planning untuk siklus selanjutnya.
Berikut prosedur penelitian tindakan kelas ini dijabarkan sebagai berikut:
a. Perencanaan; kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini yaitu:
1) Membuat skenario pembelajaran.
2) Membuat lembar observasi.
3) Menyiapkan alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka membantu siswa memahami konsep-konsep fisika yang baik.
4) Mendesain alat evaluasi untuk melihat apakah materi fisika telah dikuasai siswa.
5) Menyiapkan jurnal.
b. Pelaksanaan tindakan; kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini yaitu
Melaksanakan pembelajaran:
1) Menyajikan materi sesuai sintax latihan inquiri
2) Presentase (dilakukan secara sistematis berdasarkan karakteristik) Peristiwa
3) Evaluasi
c. Pengamatan; Mengamati penerapan latihan inquiri berdasarkan instrumen pengamatan kelompok.
d. Refleksi; Menganalisis dan mendeskripsikan temuan pada siklus 1 untuk perbaikan siklus 2.
1) Perbaikan dan rencana tindakan siklus ke 2
2) Implementasi siklus 2
3) Pengamatan siklus 2
4) Refleksi siklus 2
5) Perbaikan dan rencana tindakan siklus 3
6) Implementasi siklus 3
7) Pengamatan siklus 3
8) Analisis data dan Pelaporan.
4. Data dan Cara Pengambilan Data
Sumber data dalam penelitian ini siswa dan guru.
a. Jenis data; jenis data yang didapatkan adalah data inquiri melalui lembar observasi, tes hasil belajar dan jurnal.
b. Teknik pengambilan data:
1) Data tentang proses pelaksanaan model latihan inquiri diambil dengan menggunakan lembar observasi kemampuan siswa berinquiri.
2) Data tentang hasil belajar IPA-Fisika siswa diambil dengan menggunakan tes hasil belajar pada materi pokok listrik dinamis.
5. Indikator Kinerja
Sebagai indikator keberhasilan dalam penelitian ada dua macam, yaitu:
a. Indikator kinerja keberhasilan keterampilan inquiri dalam penelitian ini setelah berada pada kategori cukup .
b. Pencapaian hasil belajar di anggap tuntas apabila memenuhi standar minimal 6,5
6. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam rangka refleksi setelah implementasi suatu paket tindakan perbaikan, mencakup proses dan dampak seperangkat tindakan berkaitan dalam suatu siklus PTK sebagai keseluruhan. Dalam hubungan ini, analisis data adalah proses menyeleksi, menyederhanakan, memfokuskan, mengorganisasikan, dan mengabstraksikan data secara sistematis dan rasional untuk menampilkan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menyusun jawaban terhadap tujuan PTK.
Analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu reduksi data, paparan data, dan menyimpulkan. Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui Seleksi, pemfokusan, dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna. Paparan data adalah proses penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk paparan negatif, representasi grafik, dan sebagainya. Sedangkan menyimpulkan adalah proses pengambilan intisari dari sajian data yang telah terorganisasikan tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat dan/ atau formula yang singkat dan padat tetapi mengandung pengertian luas.
Proses belajar melalui pendekatan inquiri dapat dilakukan melalui beberapa aktivitas, sebagai berikut:
1) Bertanya, artinya tidak semata-mata mendengarkan dan menghafal.
2) Bertindak, artinya tidak semata-mata melihat dan mendengarkan.
3) Mencari, artinya tidak semata-mata mendapatkan.
4) Menemukan problem, artinya tidak semata-mata mempelajari fakta-fakta.
5) Menganalisis, artinya tidak semata-mata mengamati.
6) Membuat sintesis, artinya tidak semata-mata membuktikan.
7) Berpikir, artinya tidak semata-mata melamun atau membayangkan.
8) Menghasilkan atau memprodusir, artinya tidak semata-mata menggunakan.
9) Menyusun, artinya tidak semata-mata mengumpulkan.
10) Menciptakan, artinya tidak semata-mata memproduksi kembali.
11) Menerapkan, artinya tidak semata-mata mengingat-ingat.
12) Mengeksperimenkan, artinya tidak semata-mata membenarkan.
13) Mengkritik, artinya tidak semata-mata beraksi.
14) Mengevaluasi, artinya tidak semata-mata mengulangi
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas sehingga teknik analisis data yang digunakan berupa analisis deskriptif. Langkah-langkah analisis data sebagai berikut:
1. Membuat tabulasi siswa dari lembar pengamatan kemampuan siswa dalam mengikuti proses belajar inquiri.
2. Membuat tabulasi frekuensi lembar pengamatan keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar inquiri dengan penggolongan 8 (delapan) aspek penilaian.
3. Menentukan tingkat penguasaan siswa, dengan rumus:

Keterangan:
Xn = Skor total perolehan siswa ke-1 pada tiap-tiap aspek penilaian
Xmax = Skor maks yang dapat dicapai siswa pada tiap-tiap aspek penilaian
Tp = Tingkat penguasaan siswa
100 = Tingkat penguasaan maksimum yang dapat dicapai oleh siswa
4. Menghitung standar deviasi tingkat kemampuan siswa dengan rumus:

5. Menganalisis skor taksiran rata-rata yang didapat siswa pada masing-masing aspek inquiri. Dengan maksud untuk mengkategorikan kemampuan siswa berinquiri dalam kategori tinggi, sedang dan rendah. Persamaan taksiran rata-rata yang digunakan adalah:


0 komentar:

Posting Komentar