Senin, 31 Mei 2010

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam upaya perbaikan sistem pendidikan, guru adalah salah satu faktor yang semakin diperhitungkan keberadaannya. Hal ini penting karena peranan guru dalam pembelajaran sangat menentukan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas di sekolah. Karena peranannya yang sangat penting ini, maka dalam rangka inovasi pembelajaran perlu sekali guru menyusun, mengembangkan, dan

meningkatkan gaya dan metode pembelajaran agar mampu melahirkan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan kelas, sebagai salah satu solusi terhadap masalah yang dihadapi siswa.
Dalam proses pembelajaran di kelas khususnya pelajaran matematika, guru masih belum mampu menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi dan karakter siswa yang diajarnya. Dengan kata lain guru belum dapat mengaplikasikan model pembelajaran yang sesuai dengan bidang studi yang diembannya sehingga berakibat pada kemampuan siswa yang rendah dan tidak merata.
Kenyataan di sekolah sering dijumpai sejumlah siswa memperoleh prestasi belajarnya jauh di bawah ukuran rata-rata bila dibandingkan dengan prestasi belajar yang diperoleh teman-temannya di kelas. Banyak ditemui pula sejumlah siswa yang diharapkan memperoleh hasil belajar yang tinggi, akan tetapi prestasinya biasa saja, bahkan lebih rendah dari teman-temannya. Rendahnya prestasi belajar tersebut, seperti yang dilontarkan oleh banyak pihak tertentu tidak lepas kaitannya dengan proses pembelajaran yang terjadi di kelas. Hal serupa juga terjadi di MAN 1 Kendari.
Hasil pengamatan peneliti terlihat bahwa dalam proses pembelajaran, guru masih mendominasi pelaksanaan proses belajar mengajar dan kurang mengaktifkan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini berakibat pada rendahnya prestasi belajar siswa khususnya di kelas XI IPA1 MAN 1 Kendari. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru MAN 1 Kendari diperoleh kesimpulan bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa hanya sebesar 5,65, lebih rendah dari rata-rata minimal yang ditargetkan sekolah.
Oleh karena itu, sebagai upaya meningkatkan hasil belajar matematika khususnya di MAN 1 Kendari di pandang perlu dilakukan inovasi-inovasi dalam pembelajaran. Salah satu inovasi yang dilakukan adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar akademik, sikap, keterampilan dan nilai-nilai pada siswa, bahkan kerja sama dan interaksi sosial saling ketergantungan kelompok dalam struktur tugas untuk mencapai tujuan belajar menjadi terfokus ke arah yang lebih.
Dari uraian di atas, penulis mengadakan penelitian dengan judul: “Aplikasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam Pengajaran Konsep Limit dan Pengaruhnya terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas XI IPA1 MAN 1 Kendari”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah gambaran hasil belajar matematika siswa sebelum diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam konsep limit ?
2. Bagaimanakah gambaran hasil belajar matematika siswa sesudah diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam konsep limit?
3. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata hasil belajar matematika siswa sebelum diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan sesudah diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam konsep limit?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memperoleh gambaran hasil belajar matematika siswa sebelum diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam konsep limit.
2. Untuk memperoleh gambaran hasil belajar matematika siswa sesudah diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam konsep limit .
3. Untuk menguji ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara rata-rata hasil belajar matematika siswa sebelum diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan sesudah diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam konsep limit.


D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi siswa, penekanan hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, melatih siswa untuk menghargai orang lain dan melatih siswa mengembangkan keterampilan.
2. Bagi guru, sebagai bahan informasi bahwa sebaiknya pembelajaran kooperatif tetap dilaksanakan dan dikembangkan dalam upaya mengaktifkan belajar siswa serta membantu membangkitkan minat siswa dalam belajar matematika.
3. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai konsep limit dan pembelajarannya sesuai dengan penelitian ini.
4. Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan yang baik dan berguna dalam rangka perbaikan pembelajaran mata pelajaran matematika.
E. Definisi Operasional
1. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah suatu model pembelajaran yang mengacu pada belajar kelompok dengan menyajikan informasi pelajaran di mana siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4 atau 5 orang dengan pertimbangan kemampuan akademik atau tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku yang berbeda.
2. Pembelajaran konvensional adalah proses pembelajaran di mana guru melaksanakan proses belajar mengajar secara klasikal yang didominasi dengan metode ceramah.
3. Prestasi belajar matematika adalah hasil belajar matematika siswa yang diperoleh siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun siswa yang diajar dengan pengajaran konvesional setelah diberikan tes pada konsep limit
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Proses Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang mengandung serangkaian persiapan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar mengajar terdapat adanya suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan antara guru yang mengajar dan siswa yang belajar. Antara dua kegiatan ini terdapat dua interaksi yang saling menunjang. Hamalik (1985:40) berpendapat bahwa belajar terjadi apabila terdapat perubahan perilaku yang kognitif, efektif dan psikomotor, yang relatif tetap. Hal ini disebabkan adanya berbagai pengaruh akibat interaksi dengan lingkungan, sedangkan segala upaya sadar dan sistematika untuk mempengaruhi sistem lingkungan sehingga diperoleh pengalaman belajar disebut dengan mengajar.
Dalam hal mengajar matematika, pengajar harus mampu memberikan intervensi yang cocok. Bila pengajar menguasai dengan baik materi pelajaran matematika yang diajarkan. Karena itu merupakan syarat esensial bahwa mengajar matematika harus menguasai materi matematika yang diajarkan. Namun penguasaan terhadap materi pelajaran belumlah cukup. Agar siswa berpartisipasi aktif dalam belajar, guru seyogyanya memahami teori belajar sehingga belajar matematika akan menjadi bermakna bagi siswa. Peristiwa tersebut terlihat bila dalam mengajar terjadi interaksi dua arah antara pengajar dan siswa. Belajar dan mengajar matematika adalah dua kegiatan yang saling mempengaruhi. Proses atau kegiatan yang dapat menentukan hasil belajar dan mengajar dipandang sebagai suatu proses komperenship yang harus diarahkan untuk kepentingan siswa.
Tujuan sistem matematika dalam kaitannya dengan belajar mengajar matematika adalah; (1) Penanaman pengertian (concept formation), anak harus tahu dengan jelas arti kata yang dipakai, (2) Penyusunan logis tiap-tiap dalil harus dibuktikan dengan kata lain bagaimana cara mendapatkannya, dan (3) Kecakapan menggunakan matematika (problem solving).
Berdasarkan pendapat di atas, maka seorang guru di sekolah berkewajiban untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswanya agar semua kemampuan yang ada pada matematika dapat dimilikinya, yaitu; (1) Mengaplikasikan matematika, (2) Memanipulasi secara matematika, (3) Mengorganisasi data, (4) Manfaat simbol atau lambang, (5) Mengenal pola, (6) Membuat interpretasi fisis dari matematika, dan (7) Menarik kesimpulan dari matematika.

B. Prestasi Belajar Matematika
Secara umum prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar dalam kurun waktu tertentu. Dalam kasus Bahasa Indonesia (Anonim, 1990: 700) disebutkan bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai dari apa yang telah dilakukan/dikerjakan. Winkel (1984: 102) mengatakan bahwa prestasi adalah bukti keberhasilan suatu usaha yang dicapai.
Menurut Buchori (1992:28), prestasi belajar diartikan sebagai hasil yang diperoleh dari belajar yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan dan dapat pula perubahan sikap. Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara beberapa faktor yang mempengaruhinya dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu.
Menurut Ahmad dan Widodo (1991:130–131) prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara meliputi:
a. Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh dari hasil interaksi misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan lain sebagainya.
b. Faktor psikologis yang bersifat bawaan yang diperoleh dari:
(1) Faktor intelektif yang meliputi:
- Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat
- Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki
(2) Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan motivasi, emosi dan penguasaan diri.
(3) Faktor kematangan fisik dan psikis
Sedangkan faktor eksternal adalah meliputi:
a. Faktor sosial, yaitu terdiri atas keluarga, sekolah, masyarakat dan kelompok.
b. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
c. Faktor lingkungan fisik seperti rumah, fasilitas belajar dan iklim.
d. Faktor lingkungan spiritual dan keamanan.
Prestasi belajar matematika diperoleh dari suatu proses belajar matematika. Prestasi belajar matematika merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah melakukan suatu proses belajar matematika. Jadi, jika seseorang mempelajari matematika maka ia akan memperoleh hasil dari bidang studi matematika yang dipelajarinya.
Dengan demikian, prestasi belajar matematika dapat diartikan sebagai hasil atau nilai yang diperoleh seseorang setelah mempelajari matematika dengan standar penilaian yang telah ditentukan.
C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan materi pelajaran.
Proses pembelajaran dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD dimulai dengan membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil (4 – 5 siswa perkelompok). Setiap kelompok ditempatkan di dalam kelas sedemikian rupa sehingga antara anggota kelompok dapat belajar dan berdiskusi dengan baik tanpa mengganggu kelompok lainnya. Guru membagi materi pelajaran, baik berupa lembar kerja siswa, buku dan penugasan. Selanjutnya guru menjelaskan tujuan belajar yang ingin dicapai dan memberikan pengarahan materi yang harus dipelajari dan permasalahan-permasalahan yang harus diselesaikan. Siswa secara sendiri-sendiri mempelajari materi pelajaran, dan jika ada kesulitan mereka saling berdiskusi dengan teman-temannya dalam kelompok. Untuk penguasaan materi pelajaran atau penyelesain tugas-tugas yang telah ditentukan, setiap siswa dalam kelompok ikut bertanggungjawab secara bersama-sama. Evaluasi dilakukan berdasarkan pencapaian hasil belajar kumulatif dalam kelompok. Untuk itu penguasaan materi pelajaran setiap siswa sangat ditekankan dalam strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat terlihat pada Tabel 1. berikut :
Tabel 1. Pendekatan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pendekatan Khusus STAD
Tujuan kognitif
Tujuan sosial
Struktur kelompok
Pemilihan topik
Tugas utama

Penilaian
Pengalaman Informasi akademik sederhana
Kerjasama dalam kelompok
Kelompok heterogen dengan 4 – 5 orang angggota
Biasanya guru
Siswa dapat menggunakan LKS dan saling membantu untuk menuntaskan materi belajarnya
Tes mingguan
Lembar pengakuan dan publikasi lain
(Marpaung, dkk, 2002 : 24)
Keunggulan sistem STAD adalah adanya kerjasama dalam kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok tergantung keberhasilan individu sehingga setiap anggota kelompok tidak bisa menggantungkan pada anggota yang lain. Setiap siswa mendapat kesempatan sama untuk menunjang timnya mendapat nilai maksimum sehingga termotivasi untuk belajar. Dengan demikian, setiap individu merasa mendapat tugas dan tanggung jawab sendiri-sendiri sehingga pembelajaran kooperatif dapat berjalan bermakna dan tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal sesuai dengan harapan kurikulum.
Model pembelajaran kooperatif selain unggul dalam membantu siswa, memahami konsep-konsep sulit, model ini sangat berguna untuk membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerjasama. Adapun langka-langka pembelajaran kooperatif seperti terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Fase ke Indikator Tingkah Laku Guru
1 Penyampaian tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan semua tujuan yang dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
2 Menyampaikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok agar melakukan transisi secara efisien
4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari dimana masing-masing kelompok mempresentasikan hasil karyanya.
6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya hasil belajar individu dan kelompok
(Ibrahim 2000 : 10)
Model pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran, didorong dan atau dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama. Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas unsur-unsur sebagai berikut :
a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama.
b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.
c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
d. Siswa haruslah membagi tugas dan bertanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
b. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
c. Siswa membagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
d. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.


Pembelajaran yang menggunakan model kooperatif tipe STAD memiliki ciri sebagai berikut :
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah dan beranggotakan 4 – 5 orang.
c. Bilamana memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin berbeda-beda.
d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

D. Model Pembelajaran Konvensional
Pengajaran konvensional berarti menurut apa yang sudah menjadi kebiasaan. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Iskandar Widya Kusuma dalam Fidia (2002 : 9) bahwa :
“Pembelajaran secara konvensional diartikan melakukan tugas dengan mendasarkan ciri tradisi atau apa yang telah dilaksanakan oleh para guru atau pendidik dahulu tanpa ada usaha untuk memperbaiki diri dan daya kreasi yang ada padanya”.

Titik berat dari teori konvensional adalah bakat IQ (Intellegence Quoteont) siswa dalam hubungannya dengan tingkat keberhasilan mereka dalam menguasai bidang tertentu. Jika siswa tersebar secara formal dengan bakat/pembawaan IQ masing-masing terhadap bidang studi dan kepada siswa-siswa tersebut dikenakan kondisi (pengajaran) yang benar-benar sama maka sebagai hasil akhir adalah tingkat penguasaan mereka terhadap bidang studi tersebut.
Adapun pelaksanaan model pembelajaran konvensional didominasi oleh metode ceramah, yakni guru menjelaskan sementara siswa memperhatikan dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
Adapun langkah-langkah pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut:
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa
b. Mendemonstrasikan pengatahuan dan keterampilan
c. Membimbing pelatihan
d. Mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik
e. Memberikan latihan dan penerapan konsep
f. Menutup pelajaran
E. Perbedaan antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Model Pembelajaran Konvensional

Perbedaan antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran konvensional dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Perbedaan Pembelajaran Konvensional dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

No. STAD Konvensional
1. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil Tidak dibagi dalam kelompok
2. Penghargaan lebih berorientasi kelompok Tidak ada penghargaan
3. Lebih banyak siswa yang aktif Guru yang aktif atau mendominasi

Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi kelompok bawah, jadi kelompok bawah memperoleh bantuan khusus dan teman sebaya, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan pembelajaran konvensional tidak memberikan keuntungan yang merata. Kelompok atas akan semakin pintar dan kelompok bawah akan semakin tertinggal karena siswa
F. Kerangka Berpikir
Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Hasil yang dicapai oleh siswa tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa. Dari pihak siswa ialah bakat, motivasi belajar, ketekunan, waktu dan kelengkapan sarana di rumah, sedangkan dari luar pihak siswa misalnya kemampuan guru yang baik dan disiplin di sekolah serta dorongan dan perhatian dari orang tua.
Kegiatan pembelajaran dan model pembelajaran kooperatif pendekatan STAD merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran ini selain terjadi interaksi antara guru dengan siswa juga interaksi antara siswa dan siswa, khususnya siswa yang mengalami kesulitan belajar cenderung lebih berani bertanya kepada teman-temannya daripada guru, bahkan ada pula siswa yang justru belajar lebih banyak karena harus mengajar temannya. Dalam kondisi ini memungkinkan prestasi belajar siswa dapat meningkat.

0 komentar:

Posting Komentar