Selasa, 28 Juli 2009

Hubungan Penghasilan Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa di SMP Negeri 1 Lakudo Kabupaten Buton

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum pendidikan dipandang sebagai faktor utama dalam bidang pembangunan, pandangan ini mengandung suatu pengertian bahwa pendidikan dapat memotori dan menopang proses pembangunan, pendidikan menjadi salah satu kebutuhan masyarakat yang dianggap sangat penting. Namun cukup banyak permasalahan yang dihadapi dalam proses pemenuhan akan pendidikan, khususnya di Indonesia yaitu masalah kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan dari lembaga pendidikan pada jenjang tertentu dapat dilihat dari kualitas lulusan yang dihasilkannya. Salah satu indikator untuk menilai kualitas pendidikan adalah prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Rendahnya prestasi belajar merupakan salah satu masalah yang sering kita jumpai dalam masyarakat kita dan masalah ini hampir terdapat di seluruh sekolah baik itu tingkat dasar, menengah bahkan di perguruan tinggi.


Sebagai bangsa yang ingin maju, kita juga tentu menginginkan agar kualitas pendidikan kita dapat meningkat tetapi persoalannya adalah bahwa masalah pendidikan ini adalah masalah yang sangat kompleks yang terkait dengan berbagai hal, dari masalah kebijakan pemerintah secara nasional sampai dengan masalah yang menyangkut masing-masing peserta didik. Di antara kriteria keberhasilan pendidikan seperti yang diinginkan itu adalah relevansinya terhadap kebutuhan masyarakat dan pembangunan nasional, itu diterjemahkan dan dijabarkan dalam bentuk tujuan dan sasaran pendidikan agar dapat dijadikan standar atau tolak ukur untuk mengukur seberapa jauh usaha pendidikan itu berhasil.
Tingginya kualitas sumber daya manusia (SDM) berakibat lebih lanjut terhadap semakin majunya bangsa yang bersangkutan, setidaknya dalam hal pengelolaan pembangunan yang membutuhkan tenaga ahli, tidak lagi memakai tenaga luar negeri yang mahal. Akan tetapi sebagai bangsa Indonesia, kita tidak perlu malu membuka mata terhadap ketertinggalan kita dalam hal kualitas sumber daya manusia (SDM), yang berarti juga ketertinggalan kita dalam bidang pendidikan pada umumnya.
Mengingat pentingnya mutu pendidikan, maka perlulah kiranya untuk menyelidiki variabel-variabel yang berhubungan dan sejauh mana hubungan tersebut dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa tersebut. Karena kebanyakan orang percaya kegagalan anaknya disebabkan oleh kemampuan otaknya yang kurang, mereka belum menyadari bahwa masih banyak faktor lain yang ikut menentukan keberhasilan studi anak. Meskipun kita tidak dapat menyangkal bahwa otak yang cerdas merupakan faktor yang dominan dalam menentukan studi seseorang.
Di daerah pedesaan atau di daerah pelosok, penghasilan orang tua ini relatif dianggap homogen, tetapi akan menjadi lain bila kita mengamati hal yang sama pada SMP Negeri 1 Lakudo Kabupaten Buton., mengingat bahwa SMP ini adalah sekolah yang berlokasi di daerah pinggiran pantai di ujung kampung Kelurahan Lakudo. Sebagaimana yang dimaksudkan dari penelitian ini penulis melihat penghasilan sebulan dari orang tua siswa. Berlatar belakang sosiokultur pedesaan dan bahkan sekelompok orang pedesaan bersosiokultur perkotaan.
Keadaan dengan penghasilan orang tua yang bervariasi dan heterogen seperti ini, menciptakan karakteristik tersendiri yang khas, dengan kondisi penghasilan orang tua seperti di atas menyebabkan prestasi belajar siswa pun beraneka ragam. Berdasarkan data yang diperoleh penulis pada saat pra penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa pada SMP Negeri 1 Lakudo rata-rata di bawah 6,50. Hal tersebut memberikan indikasi bahwa prestasi belajar siswa pad SMP Negeri 1 Lakudo Kabupaten Buton masih tergolong di bawah rata-rata.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul ”Hubungan Penghasilan Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa di SMP Negeri 1 Lakudo Kabupaten Buton”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran penghasilan orang tua siswa SMP Negeri 1 Lakudo Kabupaten Buton tahun pelajaran 2007/2008?
2. Bagaimana gambaran prestasi belajar siswa kelas I Semester 2 SMP Negeri 1 Lakudo Kabupaten Buton tahun pelajaran 2007/2008?
3. Apakah ada hubungan antara penhasilan orang tua dengan prestasi belajar siswa kelas I semester 2 SMP Negeri 1 Lakudo Kabupaten Buton tahun pelajaran 2007/2008?
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui gambaran penghasilan orang tua siswa SMP Negeri 1 Lakudo Kabupaten Buton tahun pelajaran 2007/2008.
2. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa kelas I Semester 2 SMP Negeri 1 Lakudo Kabupaten Buton tahun pelajaran 2007/2008.
3. Untuk mengetahui hubungan antara penhasilan orang tua dengan prestasi belajar siswa kelas I semester 2 SMP Negeri 1 Lakudo Kabupaten Buton tahun pelajaran 2007/2008.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Menjadi bahan informasi bagi orang tua siswa maupun para pengelola pendidikan dalam kaitannya dengan usaha peningkatan mutu pendidikan yaitu prestasi belajar siswa.
2. Sebagai bahan informasi bagi peneliti-peneliti selanjutnya terutama yang erat kaitannya dengan permasalahan di atas.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep dan Pengertian Belajar
Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan banyak faktor. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan sehingga menjadi kompleks. Definisi yang tepat tentang belajar menjadi semakin rumit, namun demikian dengan sudut pandang yang beragam para ahli pendidikan telah mencoba memberikan definisi tentang belajar.
Winkel (1983) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif subyek dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap yang bersifat menetap. Pendapat senada dikemukakan oleh Sardiman (1986) yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannnya dengan anak-anak sehingga terjadi proses belajar. Pengertian belajar selanjutnya dikemukakan oleh Slameto (1987) yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan secara menyeluruh sebagai hasil pengalaman anak itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Dari sudut pandang lain, Ahmadi (1986) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses,bukan suatu hasil. Oleh karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perubahan untuk mencapai tujuan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang membawa perubahan tingkah laku berupa pengetahuan pada diri anak sehingga terjadi perubahan-perubahan yang lebih baik dari yang dicapai sebelumnya. Perubahan terjadi karena adanya usaha anak yang sengaja dilakukan untuk mencapai tujuan. Salah satu untuk mengetahui bahwa untuk mencapai tujuan tersebut sudah dicapai atau belum maka pengetahuan anak dapat dilihat melalui tes yang diberikan oleh gurunya.
B. Prestasi Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya
Prestasi dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan atau aktifitas tertentu (Poerwadarminta, 1948). Ini berarti bahwa prestasi belajar berkaitan dengan hasil yang dicapai dari aktivitas belajar seseorang. Sehubungan dengan pengertian prestasi belajar, para ahli pendidikan telah mengemukakan beberapa pengertian prestasi belajar. Silarja (1992) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu nilai yang menunjukkan hasil yang tertinggi dalam belajar yang dicapai menurut kemampuan anak dalam mengerjakan sesuatu pada saat tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut maka prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil maksimum yang dicapai seseorang setelah melaksanakan kegiatan belajar dan pembelajaran. Prestasi belajar juga dapat diartikan sebagai taraf kecakapan nyata yang dapat diukur langsung dengan menggunakan tes hasil belajar.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Abdullah (1979) yang menyatakan bahwa pretasi belajar adalah kecakapan yang dapat diukur langsung dengan suatu alat dalam hal ini adalah tes. Ini berarti bahwa prestasi merupakan suatu ukuran berhasil tidaknya seorang siswa setelah mengikuti pelajaran tertentu termasuk fisika. Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang nerasal dari dirinya (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal). Faktor yang berasal dari diri sendiri meliputi: faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kematangan fisik maupun psikis. Sedangkan faktor yang berasal dari luar dirinya meliputi: faktor sosial (lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan masyarakat), faktor budaya, faktor lingkungan fisik, dan faktor lingkungan spiritual.
1. Faktor Internal
Menurut Uzer Usman (1993: 9) menyatakan bahwa faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa terdiri atas:
a) Faktor Jasmani (fisiologi).
Faktor jasmani yang dimaksud adalah sifat bawaan yang dimiliki, termasuk faktor ini adalah panca indera yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku.
b) Faktor Psikologis
Faktor psikologis merupakan faktor psikis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yakni intelektif yang meliputi faktor potensial seperti kecerdasan, bakat serta faktor kecakapan yang nyata, yaitu hasil yang dimilikidan faktor yang non-intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri.
Sedangkan menurut Roberi (1999: 133) mengemukakan bahwa faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang melakukan proses belajar meliputi dua aspek, yaitu aspek psikologis dan aspek fisiologis.
a) Aspek Psikologis
Banyak aspek yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran siswa, namun diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Tingkat kecerdasan (intelegensi)
2) Sikap siswa
3) Minat siswa
4) Bakat siswa
5) Motivasi
b) Aspek Fisiologi
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegang otot) dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran, misalnya kondisi tubuh lemah dapat menurunkan kualitas kognitif sehingga materi yang dipelajari kurang. Untuk mempertahankan kondisi agar tetap bugar, siswa dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi, selain itu dianjurkan pula istirahat dan olahraga ringan yang sepadat mungkin terjadwal secara bertahap dan berkesinambungan.
Kondisi siswa seperti tingkat kesehatan dan penglihatan juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan khusus yang disajikan di kelas.
Penjelasan di atas juga dikemukakan oleh Ahmadi (1991: 130) bahwa faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar siswa, meliputi:
1) Faktor jasmani (fisiologi) baik yang bersifat bawaan, maupun yang diperoleh seperti penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.
2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas
a) Faktor intelektif seperti
- Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat
- Faktor kecakapan nyata yaitu hasil yang telah dimiliki
b) Faktor non-intelektif, yaitu unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.
3) Faktor kematangan fisik maupun psikis
Selanjutnya Hamalik (1985: 123) menjelaskan bahwa faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri siswa) yang mempengaruhi hasil belajar, meliputi:
a) Faktor jasmaniah, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh sejak lahir
b) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh sejak lahir
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Menurut Slameto (2003: 60-72) bahwa faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa, meliputi:
1) Faktor keluarga
Banyak faktor keluarga yang mempengaruhi hasil belajar siswa, namun yang dianggap paling penting adalah sebagai berikut:
a) Dukungan orang tua
b) Dukungan saudara
c) Keadaan ekonomi keluarga
d) Fasilitas belajar
2) Faktor sekolah
Banyak faktor sekolah yang mempengaruhi hasil belajar siswa, namun yang dianggap paling penting adalah sebagai berikut:
a) Metode mengajar guru
b) Hubungan siswa dengan gur
c) Hubungan siswa dengan siswa
d) Sarana dan prasarana
e) Tugas rumah
f) Metode belajar siswa
3) Faktor masyarakat
Faktor masyarakat yang mempengaruhi hasil belajar siswa meliputi hal-hal berikut:
a) Kegiatan siswa dalam masyarakat
b) Mass media
c) Teman bergaul
d) Hubungan siswa dengan tetangga
Sejalan dengan pendapat di atas, Hamalik (1985:123) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang berasal dari luar diri (eksternal) yang mempengaruhi hasil belajar, meliputi:
a) Faktor sosial, yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkugan masyarakat, dan lingkungan kelompok.
b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
c) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar.
d) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.
Sedangkan Ahmadi (1991: 130) mengemukakan bahwa faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa, meliputi:
a) Faktor sosial yang terdiri atas:
- Lingkungan keluarga
- Lingkungan sosial
- Lingkungan masyarakat
- Lingkungan kelompok
b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian.
c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.
C. Pengertian Profesi/Pekerjaan
Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang berkaitan dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang yang bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh dari pendidikan kejuruan, juga belum cukup disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teori sistematis yang mendasari praktek pelaksanaan, dan hubungan antara teori dan penerapan dalam praktek.
Kita tidak hanya mengenal istilah profesi untuk bidang-bidang pekerjaan seperti kedokteran, guru, militer, pengacara, dan semacamnya, tetapi meluas sampai mencakup pula bidang seperti manajer, wartawan, pelukis, penyanyi, artis, sekretaris dan sebagainya.
Sejalan dengan itu, menurut DE GEORGE, timbul kebingungan mengenai pengertian profesi itu sendiri, sehubungan dengan istilah profesi dan profesional. Kebingungan ini timbul karena banyak orang yang profesional tidak atau belum tentu termasuk dalam pengertian profesi. Berikut pengertian profesi dan profesional menurut DE GEORGE :
1. Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.
2. Profesional adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seorang profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi waktu luang.
Yang harus kita ingat dan fahami betul bahwa “PEKERJAAN / PROFESI” dan “PROFESIONAL” terdapat beberapa perbedaan :
PROFESI :
- Mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus.
- Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu).
- Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup.
- Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam.
PROFESIONAL :
- Orang yang tahu akan keahlian dan keterampilannya.
- Meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatannya itu.
- Hidup dari situ.
- Bangga akan pekerjaannya.
Berdasarkan uraian sebelumnya tentang profesi, dapat dimengerti bahwa profesi merupakan salah satu urusan penting dan utama bagi kelangsungan hidup, harkat dan martabat individu. Hal tersebut karena profesi berkaitan dengan pekerjaan, mata pencaharian, dan penghasilan serta kesejahteraan. Kehidupan seseorang dapat memiliki makna yang berarti hanya dengan profesi yang digeluti. Tanpa profesi yang dijalani, maka kehidupan seseorang tidak memiliki nilai.
D. Status Sosial Ekonomi Keluarga dan Pengaruhnya terhadap Prestasi Belajar Siswa
Sosial dan ekonomi adalah dua hal yang sulit dipisahkan dalam perkembangan manusia, perbaikan ekonomi seseorang tergantung pada pertumbuhan ekonomi yang dimilikinya. Oleh karena itu kondisi ekonomi dan sosial memegang peranan penting dalam membentuk dan mempengaruhi pendidikan seseorang. ”Kelas sosial merupakan penentu utama bagi kemajuan pendidikan”, (Vaisey, 1987: 111). Dalam kaitan ini berarti pula bahwa kedudukan ekonomi orang tua menentukan berhasil tidaknya anak mengenyam pendidikan.
Menurut Sudarmo Ali, 1995: 2) bahwa dalam setiap masyarakat akan ditemukan ataupun berkembang dengan sendirinya suatu stratifikasi sosial, hanya masyarakat yang sangat kecil dan homogen tidak mempunyai stratifikasi. Stratifikasi sosial terjadi dengan semakin meluasnya masyarakat, dengan semakin terjadinya pembagian pekerjaan, beragamnya tingkat pendidikan dan keahlian, maupun pemilikkan kekayaan.
Teori tersebut di atas menekankan bahwa manusia mempunyai kecenderungan untuk menilai sesorang dalam seseorang dalam lingkungan sosialnya yang menciptakan tingkatan-tingkatan dalam kelas sosial berdasarkan segi peranan dari masing-masing individu. Lebih lanjut kecenderungan ini akan melahirkan identitas berupa status sosial bagi tiap-tiap individu dalam masyarakat.
Dalam Centers (dalam Sudarmo Ali, 1995: 52) mengidentifikasikan adanya beberapa indikator tentang subyektif seseorang mengenai status sosial yakni:
3. Bentuk rumah: ukuran,kondisi perawatan, dan lain-lain.
4. wilayah tempat tinggal atau lingkungan karena dianggap bahwa hal itu menentukan statusnya.
5. Pekerjaan atau profesi yang dipilih seseorang menunjukkan keinginan dengan lapisan masyarakat tertentu.
6. Sumber pendapatan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa status sosial ekonomi adalah kedudukan seseorang masyarakat yang ditentukan oleh beberapa aspek interaksi dan komunikasi dengan lingkungan masyarakat, dan juga berdasarkan hasil usaha guna memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kesejahteraannya. Di sisi lain tingkat status sosial ekonomi orang tua juga akan sangat menentukan pandangan atau persepsi yang positif maupun negatif terhadap pendidikan dan proses belajar.
Karena perbedaan-perbedaan itulah maka bagi orang tua yang mempunyai status sosial ekonomi lebih tinggi akan mempunyai persepsi positif terhadap pendidikan dan proses belajar. Hal itu diwujudkannya dengan senantiasa memberikan dorongan dan dukungan moril maupun materil bagi keberhasilan pendidikan anaknya. Sebaliknya bagi orang tua siswa yang mempunyai status sosial ekonomi rendah di samping tidak dapat menyediakan sarana belajar yang memadai, juga tidak mempunyai cita-cita yang untuk bagi kelanjutan pendidikan anak-anaknya, bahkan kalau perlu yang penting lulus. Sedangkan bagi siswa sendiri akan beranggapan bahwa orang-orang yang dibesarkan dalam budaya kelas sosial ekonomi bawah memiliki ciri-ciri antara lain merasa tak berguna, sangat tergantung pada orang lain, tidak memiliki kepribadian kuat, kurang bisa mengontrol diri, sangat berorientasi pada masa kini dan tanpa memikirkan masa depan (Jamaluddin Ancok, 1994: 23).
E. Tingkat Penghasilan Orang Tua
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang semakin pesat dewasa ini, menyebabkan meningkatnya pula biaya pendidikan di berbagai jenjang. Hal tersebut terasa sampai di daerah pelosok tanah air Indonesia. Karena perkembangan yang pesat itulah, maka mau tidak mau orang tua harus mengeluarkan biaya yang lebih untuk kelangsungan pendidikan anak-anaknya. Kenyataan inilah yang menuntut orang tua siswa untuk meningkatkan penghasilan mereka.
Menurut GBHN bahwa pendidikan adalah merupakan tanggung jawab semua pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Oleh karena itu keterlibatan orang tua dalam keluarga untuk membentuk dan mengembangkan watak dan pribadi anak adalah sangat penting. Hal ini disebabkan karena pendidik pertama dan utama adalah orang tua. Orang tua dikatakan sebagai pendidik pertama karena selama kurang lebih 5 (lima) tahun seorang anak berada dalam pengawasan dan tanggung jawab, khusunya ibu. Sedangkan yang dimaksud dengan pendidik utama bahwa orang tualah yang amat berperan dalam proses belajarnya.
Kemampuan orang tua mendidik anak, salah satunya ditentukan oleh latar belakang sosial yang dimiliki oleh orang tua tersebut di samping faktor lain sebagai pendukungnya. Karena tingkat penghasilan orang tua juga menentukan ketersediaan fasilitas belajar anak dan hal-hal lainnya yang semua itu dapat menambah motivasi dan minat siswa dalam meningkatkan prestasinya. Menurut pemikiran rasional bahwa seseorang yang memiliki sarana pendidikan yang memadai mayoritas mendapatkan pengalaman belajar yang lebih jika dibandingkan dengan seseorang yang kurang memiliki sarana pendidikan atau bahkan tidak sama sekali.
Aktivitas pendidikan seorang anak dengan penghasilan orang tua bukanlah berarti tidak dapat direncanakan tetapi hal ini dimaksudkan sebagai bantuan pembinaan yang telah ada, disamping merencanakan program untuk menambah pengetahuan dan pengalaman anak tersebut. Hal tersebut dapat dilakukan dengan penghasilan orang tua yang memadai.
Menurut Gardner Ackley seperti dikutip Rosyidi (1993:97) penghasilan bisa jadi lebih besar daripada pendapatan, sebab secara teoritis, penghasilan bruto harus dikurangi dengan setiap ongkos yang dikorbankan oleh seseorang demi mendapatkan pendapatannya.
Tingkat penghasilan orang tua adalah range penghasilan orang tua, berupa upah, bunga, sewa dan laba sebagai akibat dari jasa-jasanya atau aktivitas produktif. Dari penghasilan, orang tua dapat memenuhi kebutuhannya rumah tangga. Diasumsikan suatu rumah tangga memiliki jumlah anggota rumah tangga rata-rata 4 orang (BPS & Bappeda Kota Madiun, 2005). Bila rumah tangga hanya mampu memenuhi konsumsi makanan hingga mencapai antara 1900 sampai 2100 kalori per orang perhari plus kebutuhan dasar non makanan atau setara dengan Rp. 150.000 x 4 orang perbulan = Rp 600.000,- per bulan, maka rumah tangga ini dikatakan miskin (BPS Pusat, 2005).
Pada proposal penelitian ini penghasilan orang tua sampai dengan Rp. 600.000 dikategorikan tingkat penghasilan I. Tingkat penghasilan II merupakan kelipatan tingkat penghasilan I yaitu penghasilan orang tua dari Rp. 601.000 s/d 1.200.000. Sedangkan ingkat penghasilan III adalah penghasilan orang tua diatas Rp. 1.200.000,- dengan tingkat penghasilan yang berbeda (I, II, III).


F. Hubungan Tingkat Penghasilan Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa
Pendidikan memerlukan biaya, tenaga dan waktu yang cukup untuk berhasil, disamping potensi fisik dan mental yang dimiliki. Biaya pendidikan yang dimaksud di sini adalah biaya pendidikan formal, ketika biaya ini tidak dipenuhi pada saat diperlukan maka akan berpengaruh negatif terhadap perkembangan dan kemajuan belajar anak.
Pernyataan di atas cukup beralasan mengingat untuk dapat mengembangkan kecerdasan dan intelegensi anak dibutuhkan antara lain pemenuhan gizi yang cukup dan tersedianya fasilitas belajar yang memadai. Pada golongan penghasilan kecil, biaya yang dialokasikan untuk itu relatif kecil pula atau bahkan tidak sama sekali. Sebagaimana yang dikatakan oleh Mulyanto (1985: 68) bahwa golongan yang berpenghasilan kecil adalah golongan yang memperoleh pendapatan sebagai imbalan terhadap kerja mereka yang jumlahnya jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan kebutuhan pokoknya. Jadi bagaimana mungkin memenuhi kebutuhan-kebutuhan lain bila kebutuhan pokok pun sulit dipenuhi.
Sementara itu orang tua sendiri akan mengalami tekanan yang bersifat fundamental, sehingga tidak dapat memberikan dorongan dan dukungan bagi keberhasilan pendidikan anak-anaknya. Lain halnya dengan orang tua yang perekonomiannya mapan sebagaimana dikatakan oleh W.A. Gerungan (1978: 82) bahwa dengan perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak dalam keluarganya akan lebih luas. Ia akan mendapatkan kesempatan yang lebih luas dalam mengembangkan berbagai kesempatan yang tidak dapat ia kembangkan apabila tidak ada alat-alatnya. Hubungan sosial antara orang tua dan anak akan berlainan coraknya apabila orang tua hidup dalam keadaan ekonomi yang serba cukup, sebab orang tua kurang mengalami tekanan yang sifatnya fundamental.
Oleh karena itu dapat dipahami bahwa siswa dengan penghasilan orang tua yang besar akan mempunyai kesempatan lebih besar untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Sedangkan bagi siswa dengan tingkat penghasilan orang tua rendah maka kesempatan untuk itu relatif sempit.
G. Kerangka Berpikir
Siswa yang orang tuanya berpenghasilan kecil adalah siswa yang orang tuanya memperoleh pendapatan sebagai imbalan terhadap kerja mereka yang jumlahnya jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan kebutuhan pokoknya sehingga kesempatan untuk meningkatkan prestasi belajarnya relatif kecil. Sedangkan siswa orang tuanya berpenghasilan besar akan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
Prestasi belajar adalah suatu ukuran untuk melihat keberhasilan belajar yang dilakukan oleh siswa pada waktu tertentu yang dapat diukur dengan menggunakan tes. Prestasi belajar ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang secara dapat dikelompokkan menjadi dua faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi faktor prestasi belajar siswa adalah penghasilan orang tua. Orang dengan perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak dalam keluarganya akan lebih luas. Ia akan mendapatkan kesempatan yang lebih luas dalam mengembangkan berbagai kesempatan yang tidak dapat ia kembangkan apabila tidak ada alat-alatnya. Hubungan sosial antara orang tua dan anak akan berlainan coraknya apabila orang tua hidup dalam keadaan ekonomi yang serba cukup, sebab orang tua kurang mengalami tekanan yang sifatnya fundamental.
H. Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Terdapat Hubungan yang signifikan antara penghasilan orang tua dengan prestasi belajar siswa SMP Negeri 1 Lakudo Kabupaten Buton”.
Secara statistik dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:
H0 : Penghasilan orang tua tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar siswa kelas I semester 2 SMP Negeri 1 Lakudo Kabupaten Buton.
H1 : Penghasilan orang tua mempunyai hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar matematika pada siswa kelas I semester 2 SMP Negeri 1 Lakudo Kabupaten Buton
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat korelasional antara dua variabel yakni variabel X dan variabel Y.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilakukan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2008 tahun pelajaran 2008/2009.
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I SMP Negeri 1 Lakudo Kabupaten Buton yang berjumlah 61 siswa dan terdistribusi pada 3 kelas paralel. Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 20 - 50% dari total populasi. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik proporsional random sampling.
Penyebaran populasi dan sampel pada setiap kelas dapat dilihat pada tabel 1 berikut:
Tabel 3.1 Jumlah Sampel pada Masing-Masing Kelas

Jika jumlah populasi 100 ke bawah, maka untuk penarikan sampel diambil secara keseluruhan dan apabila populasi 100-200 diambil sebahagian untuk dijadikan sampel yaitu antara 20 – 50 %, bahwa semakin banyak jumlah sampel semakin tinggi tingkat kebenaran yang diperoleh dalam penelitian (I Made Putrawan, 1990: 47).
D. Variabel dan Desain Penelitian
Variabel dalam penelitian ini ada 2 macam yaitu data angket sebagai variabel bebas yang disimbolkan dengan X dan prestasi belajar matematika siswa kelas I semester 2 sebagai variabel tak bebas yang disimbolkan dengan Y.
Desain antara hubungan kedua varibel X dan Y digambarkan berikut ini:

E. Definisi Operasional
Setelah menelaah beberapa teori, konsep dan pendapat, maka definisi operasional dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Tingkat pekerjaan orang tua yang dimaksudkan adalah jumlah penghasilan orang tua tiap bulannya, dengan rincian sebagai berikut:
Tingkat penghasilan I Rp. 600.000,00 ke bawah
Tingkat penghasilan II Rp. 601.000,00 – Rp. 1.200.000,00
Tingkat penghasilan III Rp. 1.200.000,00 ke atas
2. Prestasi belajar dimaksudkan adalah nilai mata pelajaran yang diperoleh siswa pada semester 2 tahun pelajaran 2007/2008.


F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:
1. Angket
Angket digunakan untuk mendapatkan data pokok (primer) dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada responden. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data variabel X, pertanyaan ini menyangkut tentang tingkat penghasilan orang tua siswa yang diisi dengan petunjuk dari peneliti.
2. Dokumen
Dokumen digunakan untuk mendapatkan data variabel Y (prestasi belajar siswa) dengan nilai rapor kelas I semester 2 SMP Negeri 1 Lakudo Kabupaten Buton tahun pelajaran 2007/2008.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analis data dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif dan analisis inferensial. Teknik analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskriptifkan data variabel X dan Y dalam bentuk rata-rata, median, modus dan standar deviasi.
Sedangkan statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis statistik dengan menggunakan statistik uji-t, tetapi sebelum itu terlebih dahulu diadakan uji normalitas data. Pengujian normalitas data ini digunakan untuk melihat data yang diperoleh dari hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak. Data yang dimaksud adalah data angket yang telah diisi oleh siswa kelas I SMP Negeri 1 Lakudo Kabupaten Buton. Untuk keperluan ini, maka statistik yang digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah:
 Data hasil pengamatan disusun mulai dari skor pengamatan terkecil sampai skor pengamatan terbesar.
 Dari skor pengamatan tersebut kemudian disusun berdistribusi frekuensi kumulatif relatif dan dinotasikan dengan Fa(Y).
 Menghitung nilai Z dengan rumus: Z = , dimana  adalah mean dan  standar deviasi.
 Menghitung distribusi frekuensi kumulatif teoritis (berdasarkan kurva normal) dan dinotasikan dengan Fe(Y).
 Menghitung selisih antara Fa(Y) dengan Fe(Y).
 Mengambil bilangan selisih maksimum dan dinotasikan dengan dengan D.
Dmaks = Maks Fa(Y) – Fe(Y)
 Bandingkan nilai Dmaks yang diperoleh dengan nilai Dtabel = (tabel nilai D untuk uji Kolmogorov-Smirnov), dimana nilai adalah nilai pada Dtabel yang digunakan apabila sampel lebih dari 35 dengan  = 0,05. Dengan kriteria pengambilan keputusan adalah bahwa terdistribusi normal apabila Dmaks  Dtabel = , dan terdistribusi tidak normal apabila Dmaks > Dtabel = (Djarwanto, 1997).
Pengujian hipotesis penelitian digunakan statistik uji-t untuk mengetahui signifikansi antara kedua variabel yaitu data nilai angket (X) dengan prestasi belajar siswa kelas I semester 2 SMP Negeri 1 Lakudo Kabupaten Buton tahun pelajaran 2007/2008 dengan rumus sebagai berikut:

dimana:
rXY = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
X = Data nilai angket siswa
Y = Nilai prestasi belajar siswa
N = Jumlah subyek (Sudjana, 2001: 47).
Kriteria pengujian hipotesis:
 Jika thitung > ttabel pada taraf kesalahan = 0,05 dan db = n – 2, maka H0¬ ditolak atau ada hubungan yang signifikan antara penghasilan orang tua dengan prestasi belajar matematika siswa kelas I semester II SMP Negeri 1 Lakudo Kabupaten Buton tahun pelajaran 2007/2008.
 Jika thitung  ttabel pada taraf kesalahan = 0,05 dan db = n – 2, maka H0¬ diterima atau tidak ada hubungan yang signifikan antara penghasilan orang tua dengan prestasi belajar matematika siswa kelas I semester II SMP Negeri 1 Lakudo Kabupaten Buton tahun pelajaran 2007/2008.
Jika salah satu data variabel atau kedua-duanya tidak berdistribusi normal maka digunakan uji statistik non parametrik yakni koefisien korelasi peringkat Spearman.

Dimana:
rs = Koefisien korelasi peringkat Spearman variabel X dan Y
di = Xi – Yi, i = 1, 2, 3, ..., n
n = banyaknya sampel

0 komentar:

Posting Komentar