Minggu, 19 Juli 2009

kondisi lingkungan perumahan yang bermukim di sekitar pasar dengan judul Sanitasi Lingkungan Perumahan Masyarakat yang Bermukim di Sekitar Pasar Kelur

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pada hakekatnya pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Hal ini berarti bahwa pembangunan ini tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah seperti sandang, pangan dan perumahan, dan lain sebagainya, atau kepuasan batiniah, seperti pendidikan, rasa aman, kebebasan mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab dan sebagainya, melainkan keselarasan, keserasian, keseimbangan antara keduanya.Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diselenggarakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangkaian program pembangunan yang menyeluruh, terarah, dan terpadu.



Di dalam kehidupan masyarakat dibutuhkan jaminan kesehatan yang memadai dalam menopang hidup dan kehidupan. Karena tanpa kesehatan yang memadai segala upaya dalam berbagai sektor kehidupan pasti akan mengalami hambatan untuk mencapainya (Riadi,1984:12).
Dampak aktivitas sosial ekonomi di bidang kesehatan dapat dilihat melalui berbagai indikator kesehatan seperti tingkat kematian bayi dan angka harapan hidup, keluhan kesehatan dan perkembangan tingkat kesehatan rumah tangga.
Pembangunan bidang kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional, seperti yang telah dirumuskan dalam sistem kesehatan nasional bertujuan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yamg optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kesehatan lingkungan sesuai dengan
Undang-Undang RI nomor 23 tahun 1992 yang berbunyi Kesehatan lingkungan dilaksanakan di tempat Umum, lingkungan pemukiman, lingkungnan kerja, angkutan umum, dan lingkungan lainnya.
Menurut Soekidjo (1996:147) Kesehatan linkungan adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum, sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup : Perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), Penyediaan air bersih, Pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah). Berdasarkan pernyataan tersebut, maka kebersihan pada perumahan masyarakat yang bermukim di sekitar Pasar merupakan salah satu tempat yang perlu diperhatikan dari aspek kesehatannya. Pasar yang kurang diperhatikan dari aspek kesehatan, dapat menjadi sumber perkembangbiakan vektor penyakit. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat menumpuknya sampah dan segala jenis kotoran yang telah membusuk, tidak adanya selokan/drainase dan kondisi bangunan yang tidak memadai. Kondisi yang kurang sehat menjadi tempat penularan penyakit dari satu orang ke orang lain baik melalui kontak langsung maupun tidak langsung.
Pasar sebagai salah satu dari tempat umum dapat menimbulkan berbagai akibat atau gangguan penyakit apabila kondisi lingkungannya tidak diperhatikan. Untuk mengantisipasi hal ini maka upaya pengawasan perlu dilaksanakan secara berkesinambungan agar pembeli, penjual, dan karyawan pasar serta masyarakat yang bermukim di sekitarnya dapat terhindar dari gangguan penyakit menular.
Kecamatan Lambandia merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Kolaka yang terletak ± 98 km kearah timur kota Kolaka. Di sana terdapat dua pasar tradisional, yakni pasar Lambandia dan pasar Penanggo Jaya. Akan tetapi di pasar Lambandia tersebut tidak terdapat perumahan masyarakat. Secara kasat mata nampak bahwa di sekitar pasar Penanggo Jaya kurang sehat ditinjau dari segi sanitasi lingkungan. Hal ini sama dengan pemikiran pemerintah Kecamatan Lambandia yang menyatakan bahwa sanitasi lingkungan pemukiman penduduk di sekitar pasar Kelurahan Penanggo Jaya buruk. Sehingga pemerintah setempat senantiasa diperingatkan untuk melaksanakan peningkatan sanitasi lingkungan di sekitar pemukiman tersebut. Keberadaan masyarakat yang bermukim di sekitar pasar, diduga akan menerima dampak dari kondisi lingkungan pasar terutama yang berkaitan dengan keadaan sanitasi lingkungan rumah tangga, baik itu yang berkaitan dengan kondisi perumahan, penyediaan air bersih rumah tangga, sampah dan pembuangan limbah rumah tangga. Sehingga, berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut, penulis melakukan penelitian tentang kondisi lingkungan perumahan yang bermukim di sekitar pasar dengan judul Sanitasi Lingkungan Perumahan Masyarakat yang Bermukim di Sekitar Pasar Kelurahan Penanggo Jaya Kecamatan Lambandia Kabupaten Kolaka.
B. Rumusan Masalah
Pokok permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Bagaimana Sanitasi Lingkungan Perumahan Masyarakat yang Bermukim Di Sekitar Pasar Kelurahan Penanggo Jaya Kecamatan Lambandia Kabupaten Kolaka?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sanitasi lingkungan Perumahan masyarakat yang bermukim di Sekitar Pasar Kelurahan Penanggo Jaya Kecamatan Lambandia Kabupaten Kolaka.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, adalah :
1. Sebagai bahan masukan Dinas kesehatan dan pihak terkait lainnya untuk menghimbau masyarakat agar senantiasa menjaga kebersihan lingkungan keluarga dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat.
2. Sebagai bahan masukan bagi Tenaga Pengajar/Guru di setiap Sekolah agar senantiasa menanamkan rasa cinta kebersihan pada setiap siswa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Tinjauan Sanitasi Lingkungan
Dalam kehidupan manusia, pengaruh lingkungan yang baik atau merugikan, keduanya dapat terjadi pada masyarakat secara keseluruhan atau dapat juga memperngaruhi masing-masing individu. Keadaan lingkungan sangat penting bagi masyarakat secara keseluruhan dan masing-masing individu dari masyarakat. Salah satu faktor penting untuk memperoleh kehidupan dan penghidupan yang layak agar jasmani dan rohani sehat adalah masalah kerja dan kesehatan lingkungan.
Sanitasi lingkungan sangat penting bagi masyarakat/penduduk terutama dalam penyediaan air bersih, pembuangan kotoran, pemberantasan nyamuk, lalat, tikus dan pencegahan penyakit menular agar tetap terjamin kesehatan lingkungan yang baik, pemeliharaan rumah tangga yang baik, keadaan perumahan yang baik dan sehat dalam kehidupan bermasyarakat yang baik dan serasi pula (Supardi, 2003:126).
Menurut Daud (2001:38), sanitasi lingkungan adalah usaha mengendalikan diri dari semua faktor-faktor fisik manusia yang mungkin menimbulkan hal-hal merugikan bagi perkembangan fisik kesehatan dan daya tahan hidup manusia. Sedangkan menurut Entjang (1991:15) Pengertian sanitasi adalah pengawasan lingkungan fisik, biologi, sosial dan ekonomi yang sangat mempengaruhi manusia.
Menurut Daud (2001:7) yang dimaksud dengan lingkungan adalah Segala sesuatu yang ada di sekitar kita yang tidak hanya sebatas pandang akan tetapi sampai kepada cakrawala pandangan, baik yang nampak oleh mata telanjang maupun yang masih samar-samar.
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam riwayat timbulnya sebagai penyakit. Oleh karena itu pengaruh mengenai
segi-segi penyehatan (sanitasi) lingkungan sangat berperan dalam setiap upaya kesehatan secara kelompok dalam masyarakat. Pengetahuan mengenai sanitasi lingkungan, erat kaitannya dengan ilmu kedokteran, karena itu penguasaan serta ketrampilan profesional mengenai sanitasi lingkungan dalam pelayanan masyarakat, pencegahan individu, keluarga dan masyarakat sangat penting.
Lingkungan hidup termasuk manusia dengan segala faktornya merupakan bagian lingkaran kehidupan manusia yang nantinya membentuk ekosistem. Di dalam ekosistem tersebut manusia berinteraksi dengan lingkunganya, misalnya, manusia yang potensial karier suatu penyakit tertentu akan merupakan ancaman terhadap manusia lainnya serta lingkungannya. Jadi manusia sangat berperan keadaan ini sebagai akibat dan perilaku manusia itu sendiri dalam mengelola dan mempengaruhi lingkungannya (Dainur, 1994).
Lingkungan yang buruk menyebabkan timbulnya berbagai penyakit endemis kronis sering terjadi epidemi. Hal ini disebabkan oleh antara lain :
a. Pengotoran atau tercemarnya persediaan air minum.
b. Infeksi karena kontak langsung dengan feses manusia akibat pembuangan kotoran yang tidak teratur.
c. Infeksi yang disebabkan oleh Antropoda, Rodentia, Molusca, dan vektor penyakit lainnya.
d. Pengotoran air susu dan makanan lainnya.
e. Perumahan yang terlalu sempit.
f. Penyakit hewan yang berhubungan dengan manusia.
Di Indonesia telah ada usaha-usaha yang berkaitan dengan higyene sanitasi lingkungan, antara lain meliputi :
a. Penyediaan air bersih, baik kuantitas maupun kualitas
b. Program MCK (mandi-cuci-kakus)
c. Pengadaan rumah-rumah sehat
d. Pembasmian sumber (reservoir), vektor penyebab penyakit
(Maryati, 1994:68)
Berikut ini diuraikan satu persatu dari kelima aspek tersebut diatas :
a. Penyediaan Air Bersih
Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air dari pada kekurangan makanan. Di dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60 % berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65 %, dan untuk bayi sekitar 80 %.
Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci (bermacam-macam cucian) dan sebagainya. Menurut perhitungan WHO di Negara-negara maju tiap orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari. Sedangkan di Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari.
Agar air minum tidak menyebabkan penyakit, maka air tersebut hendaknya diusahakan memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan, setidak-tidaknya diusahakan mendekati persyaratan tersebut. Air yang sehat harus mempunyai persyaratan sebagai berikut :
1) Syarat fisik
Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tak berwarna), tidak berasa, suhu di bawah udara di luarnya, sehingga dalam kehidupan sehari-hari. Cara mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar.
2) Syarat bakteriologis
Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri pathogen. Cara untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri pathogen, adalah dengan memeriksa sample (contoh) air tersebut. Dan bila dari pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari 4 bakteri E. coli maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.

3) Syarat kimia
Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu di dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia di dalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia (Soekidjo, 1996:153).
Air sangat penting untuk kehidupan, kebutuhan air sangat mutlak, 73 persen dari bagian tubuh tanpa jaringan lemak adalah air.
Jumlah air yang terdapat dalam tubuh manusia adalah sebagai berikut :
(1) Sekitar 80 persen dari berat badan bayi yang mempunyai berat badan rendah
(2) Sekitar 70-75 persen berat badan neonatus
(3) Sekitar 65 persen berat badan dewasa.
Jika tubuh kita kehilangan 5 persen berat badan anak orang dewasa, maka membahayakan, karena mengalami dehidrasi.
Untuk keperluan sehari-hari di Indonesia baru mencapai 100 liter saja, dengan perincian :
1. Air minum : 5 liter
2. Untuk memasak : 5 liter
3. Untuk membersihkan : 5 liter
4. Untuk mandi : 30 liter

5. Untuk kakus : 45 liter
Jumlah : 100 liter (Mariyati, 1994:58)
Azwar (1983:68) mengemukakan bahwa sumur yang dipandang memenuhi syarat-syarat kesehatan adalah sumur yang dibangun dengan konstruksi sebagai berikut :
1. Jarak sumur dengan kakus, lubang galian sampah, lubang galian untuk limbah dan sumber-sumber pengotoran sekurang-kurangnya 10 meter dan di usahakan agar letaknya tidak berada di bawah tempat-tempat pengotoran tersebut.
2. Dibuat tempat yang ada airnya dalam tanah.
3. Jangan di buat tanah yang rendah, yang mungkin tergenang bila hujan.
b. Pembuangan (drainase) air limbah/comberan dan sampah yang memenuhi syarat kesehatan.
Air limbah adalah air buangan yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya. Pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang padat yang membahayakan kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup (Soekidjo, 1997:170).



Sedangkan Menurut Daud (2001:132) Air Limbah/buangan adalah kombinasi dari cairan dan sampah-sampah yang berasal dari daerah pemukiman, perkotaan, perdagangan, dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air permukaan, dan air hujan yang mungkin ada.
Sarana pembuangan Air Limbah yang sehat harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a) Tidak mencemari sumber air bersih
b) Tidak menimbulkan genangan air
c) Tidak menimbulkan bau
d) Tidak menimbulkan tempat berlindung dan tempat berkembang biaknya nyamuk serangga lainnya.
Yang dimaksud dengan pembungan air limbah (sewage) adalah terdiri dari kotoran manusia, air kotoran dari dapur, kamar mandi termasuk air kotor dari permukaan tanah.
Maksud pengaturan pembuangan limbah adalah :
1. Untuk mencegah pengotoran sumber air rumah tangga.
2. Menjaga kebersihan makanan, supaya sayuran dan bahan makanan lainnya tidak terkontaminasi.
3. Melindungi ikan dari pencemaran.
4. Melindungi air minum dari ternak.
5. Mencegah pembiakan bibit penyakit.
6. Menghilangkan adanya bau-bauan dan pemandangan yang tak sedap (Mariyati, 1994:603).
Menurut Azwar (1986) ada dua cara yang lazim digunakan dalam pembuangan air limbah ini yaitu :
1) Sistem Riol
Sistem Riol adalah salah satu jaringan pembuangan air limbah yang dimulai dari daerah perumahan, pertokoan, masuk ke daerah pemukiman dialirkan ke tempat pembuangan akhir limbah yang biasanya merupakan kali atau Laut. Sistem ini cukup baik, asal saja riol tersebut dapat dipelihara hingga tidak tersumbat serta tempat pembuangan akhir tidak dipergunakan untuk air minum, serta air limbah tidak mengandung zat kimia yang membahayakan.
2) Septic Tank
Septic tank adalah salah satu unit penampungan dan penyaluran air limbah (juga kotoran manusia) di dalam tanah yang dibuat permanent. Prinsip dari septic tank adalah :
a. Terjadinya bak penampungan yang gunanya untuk memisahkan bahan padat dari limbah karena proses biologis. Pada tingkat pertama ini terjadi pembentukan bahan-bahan padat yang mengendap. Bak penampungan ini memberikan kesempatan penahan air kotor dan bahan-bahan endapan selama 24 jam serta besarnya tidak boleh kurang dari 2x3 meter.
b. Ruang rembesan yaitu lubang air sumur yang diisi lapisan pasir kasar atau kerikil, pasir halus, tanah liat campur pasir dan di tengahnya dialirkan jalanan pipa. Lubang rembesan umumnya merupakan pelengkap dari bak penampung, disarankan supaya mengadakan perembesan setidak-tidaknya berjarak 35 m dari sumber air serta 7 m dari bangunan rumah.
Sedangkan sampah menurut (Soekidjo, 1996:166) adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai oleh menusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah adalah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya.

c. Kondisi Jamban
Pembuangan kotoran tinja (feses) di sembarang tempat di halaman belakang rumah, bisa mengakibatkan berjangkitnya penyakit-penyakit, karena kotoran manusia banyak mengandung kuman-kuman penyakit (Gunawan,1979:82).
Daud (2001:80) mengemukakan bahwa Pengelolaan Pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan dapat memberikan dampak negatif antara lain :
a. Sebagai sarang Vektor (nyamuk, lalat, tikus, dll).
b. Sebagai sumber pencemaran lingkungan yang dapat memberikan pencamaran terhadap sumber air minum.
c. Dapat memberikan situasi/keadaan lingkungan yang kurang baik.
d. Dapat memberikan/menimbulkan bau busuk
Pengolahan tinja yang tidak saniter dapat pula memberikan hubungan langsung maupun tidak langsung terhadap kesehatan :
1) Hubungan langsung
Pembuangan tinja yang tidak saniter dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti diare, kolera, disentri, typhus abdominalis, dll.
2) Hubungan tidak langsung
Pembuangan tinja yang saniter akan dapat membantu memperbaiki kondisi lingkungan dan akan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Jenis-jenis kakus yang umum dikenal di Indonesia adalah sebagai berikut :
a) Kakus Bor
Kakus ini merupakan jenis kakus yang paling sederhana dan terdiri dari satu lubang berdiameter kurang lebih 20–30 cm yang dibor sedalam 3 meter. Kakus ini kurang sesuai untuk daerah yang air tanahnya tinggi. Bila kakus bor telah penuh, kakus ini akan ditimbun dengan tanah dan dibuatkan sebuah kakus bor yang baru. Untuk menghindari lalat dan menyebarnya bau, lubang kakus ini biasanya diberi penutup kayu.
b) Kakus Cemplung
Kakus ini memanfaatkan satu ruang penampungan kotoran yang lebih besar tetapi kurang dalam, yang dapat berbentuk bulat / segi empat. Sisi-sisi diperkuat dengan anyaman bambu, atau pasangan bata, namun bidang bawah tidak diberi pasangan sehingga dapat terjadi penyerapan-penyerapan keluar untuk menghindari bau dapat dipergunakan mangkok leher angsa.
c) Kakus dengan tangki pembusuk
Kakus ini merupakan jenis yang terbaik dari ketiga jenis yang diuraikan di sini. Kakus ini adalah kakus yang dilengkapi dengan mangkok berleher angsa, yang dapat ditempatkan sebagai bagian langsung dari rumah, Karena tangki pembusukannya (septic tank) di tempatkan terpisah di luar. Bila kotoran yang mengendap sudah terlampau banyak, dapatlah dipompa atau ditimbun keluar. Biasanya air buangan dari tangki pembusuk di alirkan ke suatu bidang resapan.

d. Kondisi Perumahan
Perumahan sehat merupakan salah satu faktor yang menunjang kestabilan kesehatan. Beberapa aspek teknis yang dikemukakan Entjang (1981:105), bahwa untuk komponen perumahan yang memenuhi syarat kesehatan, maka hal-hal utama yang perlu diperhatikan adalah :
1) Pertukaran Udara
Agar di dalam rumah dapat terjadi pertukaran udara, maka hendaknya :
(1) Di buat jendela dan lubang angin yang cukup.
(2) Luas jendela kurang lebih 10-15 % dari lantai, sedangkan luas lubang angin kurang dari 20 % dari luas jendela.
(3) Jendela hendaknya dibuka pada siang hari.
2) Kelembaban udara hendaknya diatasi dengan cara :
1) Membuat drainase di sekeliling rumah.
2) Sambungan pondasi dengan dinding yang kedap air.
3) Lantai rumah harus kedap air.
4) Atap tidak bocor.
5) Terdapat ventilasi yang baik.
3) Suhu
Suhu adalah suatu ukuran dari suatu benda yang cenderung melepas panas, dalam hal ini adalah suhu rumah. Agar suhu tidak terlalu panas atau tidak terlalu dingin, maka hendaknya diatasi dengan cara :
1) Atap dengan plafon yang cukup menyerap sinar matahari.
2) Dinding tidak lembab.
3) Tanam pohon-pohon pelindung di sekitar rumah.
4) Penerangan
Untuk memperoleh penerangan alami siang hari yang cukup intensitasnya, maka setiap ruang kediaman harus mempunyai lubang cahaya atau jendela kaca bening tembus cahaya yang langsung berhubungan dengan cahaya luar, jumlah luas bersih dari jendela kaca atau lubang cahaya itu harus sekurang-kurangnya sepersepuluh dari luas lantai ruang yang bersangkutan (Gunawan,1979 :37).
Rumah hendaknya memperoleh penerangan yang baik yaitu pada siang maupun pada malam, untuk itu disarankan :
(1) Memanfaatkan sinar matahari sebanyak mungkin untuk penerangan pada siang hari melalui jendela, ventilasi, pintu maupun atap.
(2) Pergunakan warna-warna muda untuk lantai, dinding maupun langit-langit rumah.
(3) Pada malam hari bagi yang sudah memiliki aliran listrik pergunakan lampu listrik secukupnya.
5) Asap Dapur
Asap dari dapur mengganggu pernapasan dan juga dapat merusak alat-alat pencernaan. Dengan demikian diharapkan dapat diatasi dengan cara :
(1) Pergunakan tungku yang dilengkapi dengan cerobong asap.
(2) Dibuat jalan keluar untuk asap pada bagian atas sumber asap.
6) Kepenuhan Sesakan
Kepenuhan sesakan dapat diatasi dengan cara :
(1) Dibuat kondisi yang seimbang antara jumlah penghuni dan jumlah kamar
(2) Ventilasi udara baik


e. Kebersihan Makanan
Pengawasan terhadap pengolahan dan penyediaan makanan dan minuman sangat penting untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat.
Hal-hal yang dapat membahayakan :
a. Zat-zat kimia yang bersifat racun.
Zat-zat tersebut dapat berada di dalam makanan karena kelalaian, misalnya racun tikus, insektisida, dan lain-lain.
b. Bakteri pathogen dan bibit penyakit lain :
Staphylococcus sp
Clostridium botulinum
Mycobacterium turbeculosis, dan lain-lain.
c. Parasit dari hewan.
d. Tumbuh-tumbuhan yang beracun, misalnya jenis jamur, kentang, ketela pohon, dan lain-lain (Mariyati, 1994:71).
2. Kriteria Perumahan Yang Standar (Baik)
Suatu Bangunan Rumah sebagai lingkungan hidup manusia, harus memenuhi ukuran yang minimal sesuai dengan jumlah penghuni, kegiatan dan perabot / peralatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhasn hidup. Syarat kesehatan yang layak, maka dalam perencanaan bangunan rumah, diperlukan adanya standar perumahan untuk dijadikan pedoman perencanaan rumah tinggal dalam segi design, dimensi kamar, organisasi dan tata letak ruangan dan sebagainya, agar dapat memenuhi kebutuhan / syarat-syarat rumah tinggal yang cukup sehat (healthy) dan menyenangkan (Gunawan, 1979:17).
Ukuran luas Lantai untuk setiap ruang kediaman sekurang-kurangnya 6 m 2, dengan lebar minimal 2m, sedang tinggi ruang minimum 2,40 m, kecuali bila langit-langitnya miring, maka sekurang-kurangnya ½ dari luas ruangan mempunyai tinggi ruang 2,40 m dan tinggi ruang selebihnya pada titik terendah tidak kurang dari 1.75 m, dimensi ruang kediaman juga harus didasarkan kebutuhan ruang / volume bagi setiap orang minimal 8.5 m3. Jadi rumah yang agak luas, dapat digunakan langit-langit yang agak rendah, makin sempit ruangan memerlukan letak langit-langit yang makin tinggi (Gunawan, 1979:18).
3. Sanitasi lingkungan Pasar
Menurut Soebroto (1994) Pasar adalah suatu tempat yang mana sebagian terdiri atas bangunan-bangunan yang digunakan untuk menjual dan meragakan barang-barang dagangan kepada masyarakat umum.
Aktivitas masyarakat yang makin tinggi dapat menimbulkan adanya sampah yang dihasilkan dalam jumlah banyak. Dengan demikian, Pasar yang merupakan tempat umum merupakan tempat yang potensial mendapatkan sampah lebih banyak. Di Kelurahan Penanggo Jaya adalah salah satu Kelurahan yang ada di Kecamatan Lambandia Kabupaten Kolaka yang memiliki Pasar tradisional. Yang mana di adakan dua kali seminggu yakni setiap hari Jumat dan hari Senin. Dengan perubahan kualitas lingkungan masyarakat yang bermukim di sekitar pasar tersebut, yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat, dan terjadi karena ulah manusia (aktivitas manusia). Pada perubahan lingkungan karena aktivitas manusia sendiri kurang diperhatikan karena perubahan kualitas lingkungan di sini umumnya, membawa akibat terhadap kesehatan. Untuk itu masyarakat perumahan yang bermukim di sekitar Pasar perlu lebih memperhatikan dampak kesehatan yang disebabkan oleh perubahan kualitas lingkungan karena aktivitas manusia. Walaupun aktivitas manusia tersebut tidak membawa akibat kepada kesehatan masyarakat di sekitarnya, namun jelas bahwa membawa akibat merugikan dengan jangka panjangnya nanti.
B. Kajian Empiris
Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh :
1. Farida (1998:37) di Desa Tanailandu Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton, menunjukkan hubungan yang signifikan antara tingkat sanitasi lingkungan dengan tingkat penularan penyakit malaria, dalam arti bahwa tingginya tingkat sanitasi lingkungan menyebabkan rendahnya tingkat penularan penyakit malaria.
2. Yunarsih (1997) di Kota Madya Kendari, menyimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pemahaman hygiene dan sanitasi lingkungan masyarakat Kota Madya Kendari maka semakin tinggi kesadaran pengaturan membuang sampah.
3. Sarmiati (2005) yang menyimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka pengetahuan pedagang tentang sanitasi pasar akan semakin baik pula.


C. Kerangka Pemikiran
Kemajuan yang pesat di bidang pengetahuan teknologi dan Ilmu kesehatan telah memberikan pengertian dan kesadaran kepada manusia, bahwa pemahaman yang tidak sehat adalah penyebab dari rendahnya taraf kesehatan jasmani dan rohani, sehingga memudahkan terjangkitnya penyakit dan mengurangi daya produksi seseorang. Untuk memperbaiki kedua ini dan meningkatkan taraf kesehatan, maka dalam membangun perumahan, harus memperhatikan persyaratan kesehatan.
Keadaan lingkungan yang kurang memenuhi syarat kesehatan sering ditemukan pada perumahan masyarakat yang bermukim di sekitar pasar. Indikatornya adalah di sekitar pasar dipenuhi oleh buangan sampah rumah tangga baik berupa bahan-bahan anorganik maupun organik.
Perwujudan lingkungan perumahan masyarakat yang bermukim di sekitar pasar Kelurahan Penanggo Jaya Kecamatan Lambandia Kabupaten Kolaka yang sanitasinya baik harus didukung dan ditunjang oleh perilaku, pendidikan dan pengetahuan dari masing-masing individu yang nantinya akan berpengaruh pada kondisi sanitasi lingkungan perumahan pasar.
Tingkat kesehatan lingkungan dapat di ukur dengan aspek-aspek sanitasi, diantaranya penyediaan air bersih, kondisi jamban, pembuangan sampah dan pembuangan air limbah, kondisi perumahan, serta kebersihan makanan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1 Kerangka Pemikiran
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Januari 2007 sampai bulan Juni 2007, bertempat di perumahan masyarakat yang bermukim di sekitar pasar Kecamatan Lambandia Kabupaten Kolaka.

B. Variabel, Definisi Operasional dan Indikator Penelitian.
1. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah sanitasi lingkungan pada perumahan masyarakat yang bermukim di sekitar pasar Kecamatan Lambandia Kabupaten Kolaka, yang meliputi kondisi perumahan, penyediaan air bersih, kondisi jamban, pembuangan sampah dan air limbah, dan kebersihan makanan.
2. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran komponen yang dikaji dalam penelitian ini, maka dapat dijelaskan defenisi operasional sebagai berikut :
a. Sanitasi lingkungan adalah proses pemeliharaan kesehatan lingkungan melalui kebersihan lingkungan. Dalam hal ini menyangkut kesehatan (sanitasi lingkungan perumahan di sekitar pasar).
b. Perumahan masyarakat yang dimaksud adalah perumahan yang ditinggali oleh tiap-tiap keluarga yang bermukim di sekitar pasar kelurahan Penanggo Jaya Kecamatan Lambandia Kabupaten Kolaka.
3. Indikator Penelitian
Sanitasi lingkungan rumah tangga, indikatornya meliputi aspek-aspek :
a. Kondisi Perumahan yaitu kondisi bangunan, jumlah kamar, keadaan halaman rumah, dan pagar rumah.
b. Penyediaan sumber Air, yaitu meliputi penyimpanan air dan sumber air
c. Kondisi jamban, yaitu jenis jamban dan bangunan jamban.
d. Pembuangan Sampah dan Air Limbah, yaitu meliputi penyediaan dan penanganan sampah dan air limbah.
e. Kebersihan Makanan yaitu meliputi kebersihan dalam menyajikan makanan.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan rumah tangga yang bermukim di sekitar pasar Kecamatan Lambandia Kabupaten Kolaka.
2. Sampel
Karena jumlah populasi kecil, yakni 45 (empat puluh lima) kepala keluarga yang bermukim di sekitar Pasar Kecamatan Lambandia Kabupaten Kolaka, maka dalam Penelitian ini seluruhnya menjadi sampel (sampel total).

D. Metode Penelitian
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Peneliti mengunjungi responden, selanjutnya diadakan pengamatan terhadap sanitasi lingkungan rumah masing-masing.
E. Instrumen Penelitian dan Prosedur Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian.
Dalam pengumpulan data primer yang berupa sanitasi lingkungan rumah tangga adalah dengan menggunakan kuesioner (angket). Angket ini berupa pertanyaan tentang sanitasi lingkungan yang diberikan langsung kepada responden dan di isi sesuai dengan jawaban responden.
2. Prosedur Pengumpulan Data.
1. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data, keterangan-keterangan maupun gambar untuk mendapatkan informasi tertulis dari keadaan sanitasi lingkungan perumahan di sekitar pasar.
2. Observasi yaitu berupa pengamatan secara langsung pada tiap-tiap kepala keluarga guna memperoleh informasi yang berhubungan dengan data yang dikumpulkan.
3. Kuesioner (angket) yaitu digunakan untuk memperoleh data primer setiap responden. Pedoman penskoran yaitu jika terdapat 4 alternatif jawaban maka pilihan A diberi skor 4 (empat), pilihan B diberi skor 3, pilihan C diberi skor 2 dan pilihan D diberi skor 1. Sedangkan jika terdapat 3 alternatif jawaban maka pedoman penskoran adalah A diberi skor 3, B diberi skor 2, C diberi skor 1. Akan tetapi jika hanya tersedia 2 alternatif jawaban maka A diberi skor 2 dan B diberi skor 1.
F. Teknik Analisis Data
Data dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif, yaitu menghitung persentase masing-masing aspek untuk menggambarkan keadaan sanitasi lingkungan perumahan masyarakat yang bermukim di sekitar pasar Kecamatan Lambandia Kabupaten Kolaka.
Dengan Menggunakan Rumus :

Dimana : Ni = jumlah responden yang memberikan tanggapan
N = Jumlah seluruh responden (Sudjana, 2002 : 69).

0 komentar:

Posting Komentar