Jumat, 17 Juli 2009

Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Melalui Metode Latihan Berstruktur Pada Pokok Bahasan Bilangan Berpangkat (Penelitian Tindakan pada Siswa Kel

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah pendidikan senantiasa menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan dan ditemukan solusinya. Di antara berbagai masalah yang ada, masalah hasil belajar siswa merupakan topik yang sangat menarik dan tidak pernah habis dibicarakan dalam dunia pendidikan, karena hasil belajar merupakan salah satu indikator keberhasilan proses pengajaran yang diterapkan pada siswa khususnya dan sekaligus indikator untuk menilai kualitas sistem pendidikan yang diterapkan pada umumnya


Suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila timbul perubahan tingkah laku belajar-mengajar yang positif pada siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Untuk memperoleh pembelajaran yang berhasil maka guru sebagai elemen penting dalam kegiatan pembelajaran harus selalu proaktif dan responsif terhadap semua fenomena-fenomena yang dijumpai dalam proses belajar-mengajar. Oleh karena itu guru sebagai elemen penting dalam proses belajar mengajar harus berperan aktif dengan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan serta melakukan refleksi terhadap pengelolaan pembelajaran yang dilakukan, sehingga siswa merasa tidak bosan dan bahkan selalu termotivasi dan tertarik untuk mengikuti proses belajar-mengajar.

Dari hasil observasi dan diskusi awal dengan beberapa guru matematika di SMP Negeri 6 Kulisusu pada tanggal 21 Februari 2008 diperoleh informasi bahwa prestasi belajar siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata rapor matematika tahun ajaran 2006/2007 masih rendah yaitu 58,0. Selain itu juga siswa kurang tertarik mengikuti pelajaran. Hal ini berdasarkan wawancara dengan siswa, diperoleh keterangan bahwa siswa merasa bosan belajar matematika, akhirnya siswa menjadi malas belajar. Inilah salah satu faktor yang menyebabkan prestasi belajar siswa rendah. Rendahnya perolehan rata-rata prestasi belajar matematika, salah satunya diduga disebabkan oleh metode mengajar yang diterapkan guru yang hanya menggunakan metode ceramah, dan diskusi informasi.
Salah satu guru matematika yang mengajar di SMP Negeri 6 Kulisusu memberikan keterangan bahwa salah satu materi pelajaran matematika yang susah dipahami oleh siswa adalah tentang pokok bahasan Bilangan Berpangkat. Siswa sangat susah menerima dan mengerti apa yang dijelaskan oleh guru. Akibatnya nilai rata-rata hasil belajar siswa pada pokok bahasan Bilangan Berpangkat rendah yaitu 56,5. Berdasarkan keterangan dari beberapa siswa bahwa nilai ulangan siswa rendah karena siswa mengalami kesulitan menyelesaikan soal-soal ulangan. Kesulitan itu terjadi karena siswa belum memahami sifat-sifat dan operasi dalam Bilangan Berpangkat. Berdasarkan hasil analisis peneliti dengan mengacu pada keterangan dari guru dan siswa di atas, maka dapat diidentifikasi bahwa rendahnya hasil belajar siswa salah satunya diduga disebabkan oleh metode guru mengajar matematika, yaitu metode ceramah dan siswa tidak diberikan kesempatan untuk mengerjakan soal-soal latihan tentang Bilangan Berpangkat. Semua aktifitas belajar didominasi oleh guru. Siswa hanya duduk dan memperhatikan guru mempersentasikan materi pelajaran. Siswa takut untuk menanyakan kepada guru kalau ada hal yang tidak dimengerti. Dari kondisi ini guru sebaiknya melakukan refleksi untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran.
Metode mengajar mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing-masing maka keberhasilan belajar bergantung pada ketepatan pemilihan metode dalam arti kesesuaian antara tujuan pokok dengan metode, situasi dan kondisi serta kepribadian guru yang mengajarkan materi tersebut. Dalam kurikulum matematika diharapkan dapat membangkitkan kreativitas siswa agar siswa tersebut belajar aktif, dimungkinkan konsep-konsep matematika yang diajar sudah dipahami dengan baik. Oleh sebab itu dalam memilih metode mengajar, guru sedapat mungkin mengacu pada cara belajar siswa aktif sehingga diharapkan metode mengajar yang digunakan lebih efektif. Untuk dapat mengarahkan siswa sehingga dapat belajar aktif dalam pembelajaran, maka alternatif solusi yang peneliti tawarkan adalah dengan menerapkan metode Latihan Berstruktur pada pembelajaran matematika. Alasan peneliti menawarkan metode Latihan Berstruktur sebagai alternatif solusi atas permasalahan yang dihadapi di SMP Negeri 6 Kulisusu karena melalui metode ini diharapkan dapat membangkitkan kreativitas siswa dan siswa dapat belajar lebih aktif sebab siswa lebih banyak berperan dalam pembelajaran. Metode ini akan membimbing siswa agar lebih mudah memahami pelajaran matematika karena pembelajaran matematika terstruktur mulai dari hal-hal yang sederhana sampai pada hal-hal yang lebih lompleks, sehingga pemahaman siswa juga lebih mendalam. Dengan menerapkan metode ini maka diharapkan nilai hasil belajar siswa SMP Negeri 6 Kulisusu akan meningkat.
Metode Latihan Berstruktur merupakan salah satu metode mengajar yang dapat diterapkan oleh guru di SMP Negeri 6 Kulisusu untuk mengatasi masalah dalam proses belajar mengajar. Melalui metode ini siswa dalam mempelajari materi pelajaran dimodelkan atau dipresentasikan lebih dahulu oleh guru secara tahap demi tahap dan terstruktur mulai dari materi yang sifatnya sederhana menuju ke materi yang sifatnya lebih kompleks. Agar setiap siswa dapat menyelesaikan masalah pada konsep yang kompleks maka diberikan pelatihan lanjutan namun masih berada dibawah bimbingan guru.
Bertitik tolak dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Melalui Metode Latihan Berstruktur Pada Pokok Bahasan Bilangan Berpangkat (Penelitian Tindakan pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Kulisusu)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah melalui metode Latihan Berstruktur dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII2 SMP Negeri 6 Kulisusu pada pokok bahasan Bilangan Berpangkat?”
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan dalam penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut:
“Meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Kulisusu pada pokok bahasan Bilangan Berpangkat melalui metode Latihan Berstruktur”.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi guru, dapat mengetahui pola dan strategi pembelajaran yang tepat dalam upaya memperbaiki dan memudahkan mengajar konsep Bilangan Berpangkat sehingga dapat dipahami oleh siswa dengan baik.
2. Bagi siswa, sebagai bahan evaluasi dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar utamanya hasil belajar matematika.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran, khususnya mata pelajaran matematika.
4. Bagi peneliti, menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan keilmuan.
5. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan acuan yang menyangkut topik penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Proses Belajar-Mengajar
Menurut Usman (1993: 4) belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga seseorang lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya, sedangkan menurut Sumanto dalam Yusdin (2008: 6) menjelaskan bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan yang terjadi dalam diri siswa ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan yang dimaksudkan dalam belajar adalah adanya perubahan tingkah laku anak didik, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu atau dari tidak terampil menjadi terampil.
Proses belajar-mengajar merupakan sebuah kegiatan yang integral (utuh terpadu) antara siswa sebagai pelajar dan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar (Sumanto dalam Yusdin, 2008: 6). Hal senada diungkapkan Usman (1993: 6) bahwa mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar-mengajar. Dapat pula dikatakan bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran sehingga menimbulkan terjadinya proses belajar pada siswa.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa proses belajar-mengajar merupakan kegiatan memberi, membimbing atau mengarahkan dan menerima ilmu pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap dari guru sebagai pendididik kepada siswa sebagai peserta didik.
B. Prestasi Belajar
Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yakni “prestizie” yang berarti apa yang telah diciptakan atau hasil pekerjaan. Pada dasarnya prestasi belajar itu diperoleh melalui proses belajar, dimana proses belajar bukan hanya mencatat, membaca dan tidak pula hanya sekedar menghafal melainkan harus dimengerti dan dipahami tentang apa dan bagaimana sesuatu itu dipelajari.
Winkel (1984: 162) mengartikan kata prestasi sebagai bukti keberhasilan usaha yang dicapai, sedangkan Nasution (2001: 39) menyatakan bahwa prestasi adalah penguasaan seseorang terhadap pengetahuan atau keterampilan tertentu dalam suatu mata pelajaran, yang lazimnya diperoleh dari nilai tes atau angka yang diberikan guru. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan hasil yang telah dicapai seseorang setelah ia melakukan suatu kegiatan, sehingga prestasi belajar adalah prestasi yang menunjukkan tingkat keberhasilan seseorang yang dicapai karena telah melakukan usaha belajar yang optimal.
Prestasi belajar siswa ditentukan oleh dua faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berasal atau bersumber dari siswa itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal atau bersumber dari luar peserta didik. Faktor internal tersebut meliputi prasyarat belajar yaitu pengetahuan yang sudah dimiliki oleh siswa sebelum mengikuti pelajaran berikutnya, ketrampilan belajar yang dimiliki siswa yang meliputi cara-cara yang berkaitan dengan mengikuti mata pelajaran, mengerjakan tugas, membaca buku, belajar kelompok mempersiapkan ujian, menindaklanjuti hasil ujian, dan mencari sumber belajar, kondisi pribadi siswa yang meliputi kesehatan, kecerdasan, sikap, cita-cita dan hubungannya dengan orang lain. Faktor eksternal antara lain meliputi proses belajar mengajar, sarana belajar yang dimiliki, lingkungan belajar, dan kondisi sosial ekonomi keluarga.
Berdasarkan uraian di atas, prestasi belajar adalah hasil-hasil yang dicapai siswa dalam kegiatan belajar. Hasil-hasil yang dicapai siswa tersebut terdiri dari tiga aspek, yaitu (1) aspek kognitif yang mencakup keterampilan intelektual,
strategi-strategi kognitif dan informasi verbal, (2) afektif yang berhubungan dengan sikap, dan (3) psikomotor yang berhubungan dengan ketrampilan-ketrampilan motorik. Hasil belajar tersebut diperoleh dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru baik dilakukan melalui tes tertulis maupun lisan.
Berdasarkan pengertian prestasi yang dikemukakan di atas, maka dapat dikatakan bahwa prestasi belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar-mengajar sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Prestasi yang dicapai siswa merupakan gambaran hasil belajar siswa setelah mengikuti proses belajar-mengajar dan merupakan interaksi antar berbagai faktor. Jika dikaitkan dengan matematika, maka prestasi belajar matematika merupakan tingkat penguasaan siswa terhadap pelajaran matematika setelah proses belajar-mengajar matematika dalam selang waktu tertentu yang tercermin dalam skor yang diperoleh dari hasil belajar matematika.
Prestasi belajar matematika yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah prestasi yang akan diperoleh siswa pada pokok bahasan Bilangan Berpangkat setelah siswa diajar dengan model pembelajaran terstruktur. Jadi prestasi belajar metematika disini adalah tingkat penguasaan siswa terhadap pelajaran matematika tentang Bilangan Berpangkat setelah proses belajar-mengajar dengan metode Latihan Berstruktur dalam waktu tertentu yang tercermin dalam skor yang diperoleh dari hasil belajar matematika tentang Bilangan Berpangkat.
C. Metode Latihan Berstruktur
Metode Latihan Berstruktur merupakan suatu cara mengajar dengan memberikan latihan-Latihan Berstruktur terhadap apa yang telah dipelajari siswa sehingga memperoleh keterampilan tertentu (Roestiyah dalam Kasmiati dan La Sahara, 2006: 10). Pemberian latihan dilakukan setelah siswa memperoleh konsep yang akan dilatihkan. Soal-soal yang diberikan kepada siswa dimulai dari soal-soal yang sederhana ke soal-soal yang lebih kompleks. Hal ini dilakukan dengan bimbingan dari guru, dimana guru terlebih dahulu memberikan contoh cara menyelesaikan soal secara berstruktur dengan baik. Selanjutnya siswa diperintahkan untuk menyelesaikan soal-soal yang sejenis dengan soal yang telah diselesaikan oleh guru. Dengan metode Latihan Berstruktur, para siswa akan merasa terbimbing secara baik dan dapat menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru dengan benar.
Dalam kaitannya dengan metode mengajar, Slameto dalam Kasimati dan La Sahara (2006: 11) mengungkapkan bahwa metode Latihan Berstruktur ini merupakan kombinasi dari metode latihan dan metode pemecahan masalah. Hal ini dimaksudkan agar siswa memiliki kecakapan mental dalam memecahkan setiap permasalahan yang dihadapinya melalui latihan yang dibuat secara berstruktur, sehingga siswa terlatih untuk berpikir secara lebih sistematis, logis, teliti, dan teratur .
Selanjutnya Slameto dalam Kasmiati dan La Sahara (2006: 10) menjelaskan tujuan metode Latihan Berstruktur secara khusus sebagai berikut:
1. Siswa memiliki ketrampilan motorik/gesit seperti menghafal, menggunakan alat-alat dan lain-lain.
2. Mengembangkan kecakapan intelektual seperti mengalikan, membagi, menjumlahkan dan mengurangi.
3. Memiliki kemampuan menghubungkan antara suatu keadaan dengan hal yang lain seperti hubungan sebab akibat tujuan belajar.
Apabila seorang guru akan menerapkan secara terpadu metode Latihan Berstruktur dan pengajaran langsung akan nampak pada saat membimbing siswa melakukan pengetahuan dan keterampilan secara terstruktur dan pada saat membimbing pelatihan lanjutan. Menurut Roestiyah dalam Kasmiati dan La Sahara (2006: 11) menerapkan metode Latihan Berstruktur dalam pembelajaran sebaiknya memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Guru harus memilih latihan yang mempunyai arti luas yang dapat menanamkan pengertian pemahaman akan maksud dan tujuan latihan sebelum siswa melakukannya.
2. Menggunakan latihan hanya untuk materi/konsep yang dilakukan secara otomatis siswa tanpa menggunakan pertimbangan yang mendalam seperti menghafal, menghitung dan lain-lain.
3. Dalam latihan pendahuluan guru harus lebih dahulu harus menekankan pada diagnosa, karena pelatihan permulaan tersebut belum diharapkan siswa dapat menghasilkan keterampilan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
4. Guru harus memperhitungkan waktu atau masa latihan agar siswa tidak merasa bosan.
Untuk melaksanakan pembelajaran ini digunakan model pembelajaran langsung. Dalam melaksanakan pengajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting yang dirangkum dalam tabel di bawah:

Tabel 1. Sintaks (fase-fase) Model Pengajaran Langsung (Nur, 2000: 9).
D. Materi Bilangan Berpangkat
a. Pangkat Bulat Positif
b. Pangkat 0 dan Pangkat Bulat Negatif
c. Pangkat Tak Sebenarnya (Harta, 2005: 95-107)
d. Bilangan Kuadrat Sempurna
e. Operasi Pangkat Tak Sebenarnya
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian tindakan yaitu :
Melalui Metode Latihan Berstruktur dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII2 SMP Negeri 6 Kulisusu pada Pokok Bahasan Bilangan Berpangkat.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian ini secara umum dimulai tanggal 21 Februari 2008 sampai dengan 6 Juni 2008, sedangkan secara khusus pengumpulan data dimulai tanggal 1 Mei sampai dengan 6 Juni 2008 pada semester genap tahun pelajaran 2007/2008 bertempat di SMP Negeri 6 Kulisusu.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII2 SMP Negeri 6 Kulisusu.
C. Faktor yang Diteliti
Ada beberapa faktor yang diteliti untuk menjawab permasalahan yang telah dikemukakan di atas. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a. Faktor siswa; untuk melihat prestasi belajar siswa dalam mempelajari matematika.
b. Faktor guru; untuk melihat bagaimana materi pelajaran dipersiapkan dan bagaimana teknik guru dalam menerapkan metode Latihan Berstruktur.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 3 (tiga) siklus karena disesuaikan dengan tingkat kedalaman materinya, dimana tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai pada faktor-faktor yang diselidiki. Untuk dapat mengetahui prestasi siswa dalam belajar matematika, sebelum diberikan tindakan, terlebih dahulu diberikan tes awal, sedangkan observasi adalah untuk mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar matematika. Tiap siklus terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi.
Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dijabarkan sebagai berikut:
1. Perencanaan; kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini yaitu:
a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
b. Membuat lembar observasi,
c. Menyiapkan alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka membantu siswa memahami konsep-konsep matematika yang baik.
d. Mendesain alat evaluasi untuk melihat apakah materi matematika telah dikuasai oleh siswa.
e. Menyiapkan jurnal untuk refleksi diri.
2. Pelaksanaan tindakan; kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang termuat dalam RPP yang telah dibuat. Adapun langkah-langkah pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut:

a. Siklus I
1.1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan selama perencanaan tindakan kelas dengan menerapkan metode Latihan Berstruktur dan pengajaran langsung pada siklus I yaitu:
1.1.1. Mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam kelas,
1.1.2. Menganalisis dan merumuskan masalah yang terjadi untuk dibenahi dalam pelaksanaan tindakan,
1.1.3. Merencanakan perbaikan atau perencanaan tindakan
1.2. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan atau pelaksanaan perbaikan mencakup 2 (dua) tahap yakni sebagai berikut:
1.2.1. Menyiapkan pelaksanaan tindakan yang terdiri dari beberapa langkah yaitu: (1) membuat rencana pembelajaran beserta skenario tindakan yang akan dilaksanakan, (2) menyiapkan fasilitas atau sarana pendukung yang diperlukan (3) menyiapkan cara mengambil dan menganalisis data yang berkaitan dengan proses dan hasil perbaikan, dan (4) peneliti menetapkan keyakinan untuk melaksanakan dan berkolaborasi dengan guru bidang studi Matematika dalam melakukan tindakan perbaikan.
1.2.2. Melaksanakan tindakan dengan menerapkan secara terpadu metode Latihan Berstruktur pada materi pokok Bilangan Berpangkat (RPP 1 dan RPP 2).
1.3. Observasi
Pada tahap ini akan dilakukan observasi terhadap pelaksanakan tindakan melalui penerapan secara terpadu metode Latihan Berstruktur apakah sudah sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Di samping itu juga akan dilakukan evaluasi terhadap daya serap siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan pada materi pokok Bilangan Berpangkat (RPP1 dan RPP2). Hasil yang didapatkan pada observasi/evaluasi selanjutnya akan dijadikan sebagai bahan refleksi untuk melakukan perbaikan pada tindakan selanjutnya.
1.4. Refleksi dan tindak lanjut
Data-data yang diperoleh melalui observasi/evaluasi akan dikumpul dan dianalisis. Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat dilakukan kegiatan yaitu :
1.4.1. Mengkaji perubahan-perubahan aktivitas dan hasil belajar yang telah diperoleh siswa setiap individu.
1.4.2. Melakukan analisis tentang tindakan yang telah diberikan, baik keunggulan maupun kelemahan/kegagalannya.
1.4.3. Menetapkan metode/strategi rencana perbaikan pada siklus selanjutnya.
1.4.4. Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas adalah siswa dinyatakan mencapai ketuntasan belajar secara individu apabila telah mencapai nilai minimal 65 dan secara kelompok (klasikal) minimal 75% siswa telah mencapai ketuntasan belajar secara individu, sedangkan indikator ketuntasan proses pembelajaran adalah proses pembelajaran dikatakan tuntas apabila minimal 85% kegitan pembelajaran telah terlaksana (Usman, 1993: 96).
b. Siklus 2
2.1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan selama perencanaan pada siklus 2 adalah:
2.1.1. Peneliti menetapkan/merumuskan kelebihan dan kekurangan yang telah dicapai dalam siklus 1.
2.1.2. Peneliti meninjau/merevisi kembali Rencana pelaksanaan pembelajaran pada RPP 1 dan RPP 2.
2.2. Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan pembelajaran dengan melaksanakan secara terpadu metode Latihan Berstruktur pada materi pokok Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar (RPP 3 dan RPP 4).
2.3. Observasi/Evaluasi
Pada tahap ini akan dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan melalui penerapan secara terpadu metode Latihan Berstruktur apakah sudah sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Disamping itu juga akan dilakukan evaluasi terhadap daya serap siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan pada materi Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar (RPP 3 dan RPP 4). Hasil yang didapatkan pada observasi/evaluasi selanjutnya akan dijadikan sebagai bahan refleksi untuk melakukan perbaikan pada tindakan selanjutnya.
2.4. Refleksi
Data-data yang diperoleh melalui observasi/evaluasi dikumpul dan dianalisis. Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat dilakukan kegiatan yaitu:
2.4.1. Mengkaji perubahan-perubahan aktivitas dan hasil belajar yang telah diperoleh siswa setiap individu.
2.4.2. Melakukan analisis tentang tindakan yang telah diberikan, baik keunggulan maupun kelemahan/kegagalannya.
2.4.3. Menetapkan metode/strategi rencana perbaikan pada siklus selanjutnya.
c. Siklus 3
3.1. Perencanaan
Kegiatan yang akan dilakukan selama perencanaan pada siklus 3 adalah:
3.1.1 Peneliti menetapkan/merumuskan kelebihan dan kekurangan yang telah dicapai dalam siklus 2.
3.1.2 peneliti meninjau/merevisi kembali Rencana pelasanaan pembelajaran pada RPP 3 dan RPP 4.
3.2. Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan pembelajaran dengan melaksanakan secara terpadu metode Latihan Berstruktur pada materi pokok Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar (RPP 5 dan RPP 6).
3.3. Observasi/Evaluasi
Pada tahap ini akan dilakukan observasi terhadap pelaksanakan tindakan melalui penerapan secara terpadu metode Latihan Berstruktur apakah sudah sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Disamping itu juga akan dilakukan evaluasi terhadap daya serap siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan pada materi pokok Bilangan Berpangkat (RPP 5 dan RPP 6). Hasil yang didapatkan pada observasi/evaluasi selanjutnya akan dijadikan sebagai bahan refleksi untuk melakukan perbaikan pada tindakan selanjutnya.
3.4. Refleksi
Data-data yang diperoleh melalui observasi/evaluasi dikumpul dan dianalisis. Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat dilakukan kegiatan yaitu:
3.4.1. Mengkaji perubahan-perubahan aktivitas dan hasil belajar yang telah diperoleh siswa setiap individu.
3.4.2. Melakukan analisis tentang tindakan yang telah diberikan, baik keunggulan maupun kelemahan/kegagalannya.
3.4.3. Menetapkan metode/strategi rencana perbaikan pada siklus selanjutnya.
E. Model Penelitian Tindakan Kelas

Gambar 1. Desain penelitian tindakan kelas
Sumber: Tim Pelatih Proyek PGSM (1999: 27).
F. Cara Pengambilan Data
a. Sumber data dalam penelitian ini meliputi data dari siswa, guru, dan proses pembelajaran
b. Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif meliputi: (a) aktivitas siswa selama proses pembelajaran, (b) pengelolaan pengajaran guru selama proses pembelajaran, (c) faktor sumber belajar siswa. Data kuantitatif adalah data hasil prestasi belajar siswa pada materi pokok Bilangan Berpangkat yang meliputi nilai tes awal, nilai hasil belajar siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 serta nilai tes akhir.
c. Cara pengambilan data dilakukan melalui: (a) untuk data aktivitas siswa diperoleh dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa mengikuti pembelajaran, (b) data pengelolaan pengajaran oleh guru diperoleh dengan menggunakan lembar observasi terhadap pengelolaan pengajaran, (c) data sumber belajar diperoleh dengan pengamatan langsung terhadap media dan fasilitas yang digunakan ketika pembelajaran berlangsung dan (d) data prestasi belajar siswa diperoleh melalui tes awal, tes siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 serta tes akhir.
G. Teknik Analisis Data
Data-data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran distribusi hasil belajar matematika yang diajarkan dengan penerapan metode Latihan Berstruktur baik melalui tes setiap siklusnya, tes awal, maupun tes akhir. Adapun rumus yang digunakan yaitu:
a. Penilaian hasil tes
Rentang nilai yang akan digunakan untuk tes obyektif dalam penelitian ini adalah 0 sampai dengan 100, maka penilaian dilakukan dengan menggunakan rumus:
(Usman, 1993: 136)
b. Menentukan nilai rata-rata

(Sudjana, 1986: 67)

Dengan = Nilai rata-rata
= Nilai tiap-tiap siswa
n = Jumlah siswa
c. Menentukan standar deviasi

(Sudjana, 1986: 95).
d. Menentukan varians



0 komentar:

Posting Komentar