Selasa, 04 Agustus 2009

Penerapan Remedial Dengan Pendekatan Kooperatif Dalam Upaya Meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa Pada Pembahasan Nilai Dan Norma Sosial Siswa Kelas

A. Judul Penelitian : Penerapan Remedial Dengan Pendekatan Kooperatif Dalam Upaya Meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa Pada Pembahasan Nilai Dan Norma Sosial Siswa Kelas X2 SMA Negeri 4 Kendari.

B. Bidang Ilmu : Strategi Pembelajaran Sosiologi
C. Pendahuluan :
Pembangunan pendidikan nasional adalah upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia berdasarkan pancasila dan UUD 1945 sehingga dapat mengembangkan dirinya sebagai manusia yang memiliki potensi dan sumber daya, karena pendidikan tersebut merupakan sarana untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur (GBHN, 2000: 123).


Pengembangan sumber daya manusia adalah upaya peningkatan mutu pendidikan pada semua lembaga pendidikan. Melalui lembaga tersebut dapat dihasilkan manusia pembangunan yang tangguh dan terpercaya. Penyelenggaraan sistem pendidikan harus ditingkatkan sesuai dengan tuntutan zaman, termasuk penyediaan tenaga pengajar yang profesional. Untuk itu diperlukan upaya pengkajian semua unsur yang akan menjadi tantangan dalam pengembanan sistem pendidikan dan pengajaran yang serasi dan terarah serta relevan dengan segala kebutuhan pembangunan jangka panjang dan jangka pendek, karena hal itu merupakan syarat mutlak untuk dapat mewujudkan tujuan dan sasaran pendidikan di Indonesia.
Guru sebagai tenaga akademik dituntut agar memiliki sifat profesional keguruan yang andal dan bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pengajar dan pendidik di sekolah. Guru harus mampu memahami dan dapat mendiagnosiskan masalah terutama kesulitan belajar siswa serta membantu untuk memecahkannya, sehinga prestasi siswa dapat meningkat sesuai yang diharapkan dan tujuan pendidikan dapat tercapai.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh guru dalam membantu mengatasi kesulitan belajar siswa dalam memahami konsep pembelajaran yang diajarkan adalah melalui pengajaran remedial. Pengajaran ini diadakan berdasarkan kenyataan bahwa masih terdapat beberapa siswa atau kelompok siswa yang mengalami kesulitan belajar sehingga mereka memiliki tingkat prestasi yang rendah (Roetsiyah, 1988: 21). Hal penting bagi guru dalam melaksanakan pengajaran remedial adalah bagaimana mengupayakan potensi siswa itu sendiri dalam rangka membantunya menuju peningkatan hasil belajarnya di sekolah. Oleh karena itu, pemberian pengajaran remedial terhadap siswa-siswa yang kesulitan belajar harus dapat ditrerapkan sedini mungkin dengan baik dan sungguh-sungguh sehingga siswa yang hasil belajarnya rendah dapat dibantu yang akan bermuara pada pencapaian hasil belajar yang optimal.
SMA Negeri 4 Kendari khususnya pada kelas tempat diadakannya penelitian yang mempelajari sosiologi siswa masih bannyak yang memperoleh prestasi yang rendah hal itu terlihat dari hasil ulangan harian siswa semester ganjil yang mencapai rata-rata 4,7. namun demikian, pelaksanaan pengajaran remedial belum dianggarkan sehingga pelaksanaan pengajaran ini hanya tergantung pada guru masing-masing, ada yang melasanakannya dan ada juga yang tidak melaksanakannya meskipun siswanya memperoleh nilai yang rendah (Sumber: Guru mata pelajaran Sosiologi dan Wakasek Urusan Kurikulum). Adanya prestasi yang rendah itu tidak dapat dibiarkan dan harus mendapatkan solusi terbaik yang memungkinkan anak didik dapat berprestasi maksimal dintarannya adalah penyediaan bahan ajar yang memadai dan perlunya pemberian pengajaran remedial pada siswa yang mengalami kesuliutan belajar demi tercapainya ketuntasan belajar yang optimal. Pemilihan tempat penelitian ini sangat beralasan karena penulis menyadari bahwa sebagai lembaga pendidikan formal SMA Negeri 4 Kendari dengan jumlah siswanya yang sangat bannyak, akan mempunyai siswa yang lamban dalam belajar dan memiliki tingkat prestasi yang rendah. Sehingga dengan penelitian ini penulis akan memperoleh gambaran pengajaran remedial dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya mata pelajaran Sosiologi pada siswa kelas X2 SMA Negeri 4 Kendari.
D. Perumusan dan Pemecahan Masalah
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dirumuskan masalah penelitian tindakan ini sebagai berikut:
“Apakah penerapan remedial (pengayaan) dengan pendekatan kooperatif ketuntasan belajar siswa pada pembahasan nilai dan norma sosial dapat ditingkatkan pada mata pelajaran Sosiologi di kelas X2 SMA Negeri 4 Kendari?”
Stratregi remedial yang dimaksud dalam PTK ini adalah merupakan suatu bentuk pengajaran yang bersifat pemberian bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, khususnya untuk lebih memberikan ketegasan materi pelajaran pada pokok bahasan norma dan nilai sosial dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif agar siswa lebih aktif dalam mendefinisikan norma dan nilai sosial pada saat pengayaan di luar kelas dilaksanakan. Karena bersifat demikian, maka dalam proses pengajarannya lebih ditekankan dan disesuaikan pada karakteristik dengan kesulitan belajar yang dihadapi siswa di sekolah.
Lingkup penelitian ini adalah penerapan pengajaran remedial (pengayaan) dengan menggunakan pendekatan kooperatif pada pokok bahasan: norma dan nilai sosial.
2. Pemecahan Masalah
Masalah mengenai ketuntasan belajar dalam mata pelajaran sosiologi, akan diselesaikan dengan remedial yang dilakukan pada waktu tertentu. Materi yang diajarkan pada pengajaran remedial merupakan materi yang sama yang diajarkan pada proses pembelajaran biasa. Pembelajaran tersebut ditujukan kepada siswa atau kelompok siswa yang mengalami kesulitan belajar dengan tingkat prestasi yang rendah dengan indikator nilai dibawah 6,0 setelah ulangan harian dilakukan.
Strategi pembelajaran yang digunakan dalam menerapkan remedial adalah pengajaran langsung dipadukan dengan model pembelajaran kooperatif, langkah-langkah yang ditempuh dalam pemecahan masalah adalah dimulai dari fase pertama yaitu guru menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa agar dapat belajar dengan baik; fase kedua yaitu menyajikan informasi dengan cara demonstrasi atau menggunakan bahan bacaan; fase ketiga mengorganisasikan siswa dalam kelompok – kelompok belajar dan membantu mereka melakukan transisi secara efisien; fase keempat yaitu guru membimbing kelompok untuk bekerja dan belajar pada saat mereka mengerjakan tugas; fase kelima yaitu evaluasi terhadap hasil belajar terhadap materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya; fase keenam guru memberikan pengahargaan terhadap upaya hasil belajar individu dan kelompok.
Berdasarkan pemecahan masalah tersebut maka dapat dirumuskan dugaan sementara atas tindakan yang dilakukan yaitu: Penerapan remedial (pengayaan) dengan menggunakan pendekatan kooperatif dapat membantu ketuntasan belajar siswa pada pokok bahasan norma dan nilai sosial pada mata pelajaran sosiologi kelas X2 SMA Negeri 4 Kendari dengan nilai ketuntasan sebesar 75%.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan ketuntasan belajar sosiologi pada pembahasan nilai dan norma sosial melalui pengajaran remedial dengan pendekatan kooperatif pada siswa kelas X2 SMA Negeri 4 Kendari.
F. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian tindakan ini adalah :
1. Sebagai bahan masukan kepada para guru umumnya, dan guru SMA Negeri 4 Kendari kususnya akan pentingnya pengajaran remedial dalam upaya membantu meningkatkan ketuntasan belajar bagi siswa yang lamban belajar dan berprestasi belajar rendah.
2. Sebagai bahan informasi kepada instansi terkait khusunya kepada Departemen Pendidikan Nasional dalam mengambil kebijakan dibidang pendidikan.
3. Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.
Hal baru yang akan dihasilkan dalam penelitian ini adalah terciptanya proses pembelajaran yang bermakna dan siswa yang mandiri serta mampu mengatur dan menentukan cara belajarnya sendiri.
G. Kajian Pustaka
1. Teori Belajar
Belajar bukan sekedar mencatat ataupun menghafal, tetapi belajar adalah menyerap ilmu pengetahuan. Hamalik (1983: 21) mengatakan bahwa “ belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dengan cara-cara bertingkah laku yang baru, bakat pengalaman dan latihan.
Sedangkan menurut Soemanto (1987: 99) mengatakan bahwa “ belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan”. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah terjadinya proses perubahan tingkah laku individu didalm kebiasaan (praktek dan latihan), pengetahuan dan sikap dimana perubahan itu mengarah pada sikap yang baik dan sikap yang kurang baik, karena semua prestasi dan aktivitas hidup manusia adalah hasil dari belajar.
2. Proses Belajar Mengajar
Keberhasilan dalam suatu proses belajar mengajar tergantung pada individu yang terlibat didalamnya dalam hal ini siswa sebagai objek didik dan guru sebagai subjek didik. Guru sebagai tenaga edukatif diharapkan dapat membimbing para siswa agar mereka menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna serta memiliki sifat yang positif.
Dalam proses belajar mengajar ini guru harus menerapkan berbagai metode dan teknik mengajar yang baik.
Menurut Roetsiyah (1988: 1) bahwa:
“Dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien dan tepat pada tujuan yang diharapkan. Salah satunya adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian yang disebut metode mengajar”. Selanjutnya Soemanto (1987: 110) mengatakan bahwa, “penggunaan metode mengajar oleh guru sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai siswa. Dengan kata lain, bahwa penggunaan metode oleh guru dapat menimbulkan perbedaan yang berarti bagi siswa”.

Oleh karena itu tujuan pengajaran merupakan syarat terpenting bagi guru sebelum memilih atau menentukan metode mengajar yang tepat. Dalam proses belajar mengajar faktor yang terpenting adalah penyaluran dan pengaturan terhadap kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa yaitu penciptaan kondisi yang menunjang kegiatan belajar, sehingga peserta didik dituntut lebih banyak melakukan aktivitas.

Menurut Rusyan, dkk (1984: 23) bahwa:
“Peserta didik yang belajar harus banyak melakukan kegiatan, baik kegiatan sistem syaraf seperti melihat, mendengar, merasakan, berpikir dan sebagainya, namun kegiatn-kegitan lain yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan, sikap kebiasaan, minat dan lain-lain. Apa yang telah dipelajari perlu digunakan secra praktis dan diadakan secara berkesinambungan dibawah kondisi yang serasi sehingga penguaasan hasil belajar menjadi lebih mantap dan prestasi akan meningkat”.

Jadi keberhasilan dalam proses belajar mengajar itu tidak hanya ditentukan oleh guru atau siswa sebagai subjek belajar, tetapi dipengaruhi oleh keterkaitan dari berbagai unsur baik metode yang digunakan oleh guru maupun keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Suatu hal yang harus dihindari dalam proses belajar mengajar adalah situasi dan kondisi yang tidak komunikatif antara guru dan siswa karena bila siswa tidak memahami apa yang disampiakan oleh guru, maka besar kemungkian siswa tidak dapat memahami dan menguasai mata pelajaran yang diajarkan.
3. Indikator Kesulitan Belajar dan Keberhasilan Siswa
Dalam dunia pendidikan banyak hal yang kita dapatkan pada seorang siswa, ada siswa yang lamban atau memiliki prestasi yang tinggi adapula yang sebaliknya. Menurut Sofyan (1987: 58) seorang siswa dapat disebut mengalami kesulitan belajar apabila pada diri siswa terdapat tanda-tanda sebagai berikut :
1. Tidak menguasai sejumlah materi pelajaran atau keterampilan dalam batas waktu yang telah ditentukan.
2. Berada pada urutan rendah menurut kemajuan yang dicapai hasil belajar sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Secara umum dapat dilihat bahwa siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat dilihat dari tingkat prestasi yang diperolehnya. Endang (1981: 4) mengatakan bahwa “Siswa dapat mengalami kesulitan belajar jika tidak mencapai ketuntasan (taraf penguasaan materi ) sebesar 75% keatas.
Disamping itu wijaya (1996: 6) menyatakan bahwa berdasarkan kurikulum standar nasional, siswa yang menguasai pengetahuan diatas 75%, dibolehkan untuk melanjutkan studinya pada program selanjutnya. Bagi mereka yang belum menguasai pengetahuan itu dengan baik, maka mereka harus mengulangi bagian-bagian pengetahuan tertentu yang belum dikuasianya”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar apabila tidak menguasai sejumlah materi pelajaran atau keterampilan atau dengan kata lain siswa tersebut belum mencapai tingkat ketuntasan 75% ketas.
4. Teori Belajar Tuntas
Sistem belajar tuntas merupakan suatu pola pengajaran berstruktur yang bertujuan untuk mengadaptasikan pengajaran kepada kelompok siswa sehingga diberikan pengertian pada perbedaan yang terdapat diantara siswa khususnya yang menyangkut kemajuan kecepatan dalam belajar.
Sofyan (1989: 4) mengemukakan bahwa:
“Belajar tuntas (mastery learning) adalah suatu sistem belajar yang ditetapkan untuk setiap unit bahan pelajaran baik secara perorangan maupun kelompok, dengan kata lain, apa yang dipelajri siswa dapat dikuasai sepenuhnya”.

Sistem belajar tuntas akan efisien dan efektif jika strategi pelajaran itu disertai usaha unutk meningkatkan mutu pengajaran yang meliputi semua komponen dari proses belajar mengajar. Jadi pada pokoknya dengan belajar tuntas ini siswa harus mencapai suatu taraf penguasaan tertentu terhadap tujuan-tujuan intruksional dari satuan/unit pelajaran tertentu sebelum pindah kesatuan pelajaran berikutnya.
Oleh karena itu Winkel (1989: 287) mengemukakan bahwa untuk mencapai tujuan intruksional secara efisien dan efektif maka perlu kiranya diterapkan hal-hal sebagi berikut:
1. Tujuan - tujuan intruksional harus ditetapkan secara tegas. Tujuan itu dirangkaikan dan materi pelajaran dibagi - bagi atas unit - unit pelajaran yang diurutkan sesuai dengan rangkaian tujuan - tujuan intruksional.
2. Dituntut agar siswa mencapai tujuan intruksional yang pertama lebih dahulu sebelum siswa diperbolehkan mempelajari unit pelajaran yang baru untuk mencapai intruksional yang kedua.
3. Ditingkatkan motivasi belajar siswa dengan efektivitas usaha belajar dengan mengawasi proses belajar siswa dengan melaui tes berkala dan kontinyu.
4. Diberikan bantuan/ pertolongan kepada siswa yang mengalami kesulitan pada saat-saat yang tepat yaitu sesudah mengadakan tes formatif.

Dengan prinsip belajar tuntas, maka menurut Sofyan (1989: 5), proses belajar mengajar menjadi lebih efektif dan efisien dalam pelaksanaanya jika:
1. Nilai rata-rata seluruh siswa dalam kelas dapat ditingkatkan.
2. Perbedaan antara siswa yang cepat belajar dan lamban dalam belajar semakin sedikit.
5. Pengajaran Remedial
a. Pengertian Pengajaran Remedial
Salah satu upaya yang dilakukan oleh guru untuk membantu mengatasi kesulitan belajar adalah dengan melakukan pengajaran remedial. Pengajaran ini sangat penting dilakukan mengingat banyaknya siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran yang diajarkan. Pengajaran ini dilakukan secara berkelompok atau individual. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa secara optimal. Endang (1981: 80) memberikan batasan mengenai pengajaran remedial bahwa:
“Pengajaran remedial (remedial teaching) adalah upaya guru dalam membantu sisiwa-siswa yang mengalami kesulitan belajar dengan jalan mengulangi atau mencari kegiatan lain sehingga yang bersangkutan dapat mengembangkan dirinya secara optimal dan dapat mencapai tingkat keberhasilan yang diharapkan”.

Pengertian lain diungkapkan oleh Winkel (1983: 1) bahwa:
“Kegiatan perbaikan dalam proses belajar mengajar adalah salah satu bentuk kegiatan pembelajaran yang terprogram, tersusun secara sistematis. Bukan sekedar kegiatan yang timbul karena inisiatif guru pada saat tertentu dan secara kebetulan menemukan kesulitan belajar siswa. Kesulitan belajar siswa harus dapat diatasi sedini mungkin sebagai tujuan intruksional dapat tercapai dengan baik”.

Degan demikian jelaslah bahwa pengajaran remedial atau pengayaan merupakan suatu bentuk pengajaran yang bersifat pemberian bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu, maka dalam proses pegajarannya lebih ditekankan dan disesuaikan dengan karakteristik dan kesulitan belajar yang dihadapi siswa di sekolah.
b. Fungsi Pengajaran Remedial
Pengajaran remedial merupakan salah satu bagian tindak lanjut dari pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sebagai suatu sistem maka fungsinya identik dengn fungsi bimbingan pada umumnya.
Natawijaya (1980: 10) berpendapat bahwa fungsi pengajaran remedial adalah sebagai berikut:
1. Fungsi kolektif, bahwa melalui pengajaran remedial dapat diadakan pembetulan atau perbaikan terhadap suatu yang dipandang masih belum mencapai apa yang belum diharapkan dalam keseluruhan proses belajar mengajar. Hal yang dapat diperbaiki antara lain : (a) perumusan tujuan; (b) penggunaan metode mengajar; (c) cara-cara belajar; (d) materi dan alat pengajaran; (e) evaluasi terhadap segi-segi pribadi siswa.
2. Fungsi pemahaman, dengan pengajaran remedial memungkinkan guru, siswa dan pihak lainnya untuk dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap siswa dan siswapun dapat memahami gurunya dengan segala aspeknya. Demikain pula pihak lainnya dapat memahami pribadi siswa.
3. Fungsi penyesuaian, bahwa pengajaran remedial dapat membantu siswa untuk menyesuaikan dirinya dengan tuntutan belajar. siswa-siswa yang dapat belajar sesuai dengan keadaan dan kemampuannya sehingga mempunyai peluang lebih besar untuk memperoleh prestasi belajar yang lebih baik.
4. Fungsi pengayaan, bahwa pengajaran remedial dapat memperkaya proses belajar mengajar serta materi yang tidak disampaikan dalam pengajaran biasa sehingga dapat diperoleh melalui suatu pengajaran remedial dengan demikian hasil yang diperoleh siswa dapat lebih baik, mendalam dan lebih luas serta menghasilkan hasil belajar yang lebih kaya.
5. Fungsi akselerasi, bahwa dengan pengajaran remedial dapat membantu mempercepat proses belajar baik dalam arti waktu maupun materi.
6. Fungsi trapeutik, bahwa pengajaran remedial baik secara langsung dan tidak langsung dapat menyembuhkan atau memperbaiki kondisi-kondisi kepribadian siswa yang diperkirakan menunujukkan adanya penyimpangan. Penyembuhan kondisi kepribadian dapat menunujang pencapiaan hasil belajar dan demikian pula sebaliknya.
c. Peranan Pengajaran Remedial
Semua guru mata pelajaran harus dipersiapkan dengan baik agar berkemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan dan pengajaran remedial. Menurut Wijaya (1996: 49), bahwa peranan yang dipikul guru remedial itu adalah sebagai:
1. Manusia pelayan, yang harus mampu menempatkan dirinya sebagai pelayan membantu siswa memecahkan kesulitan siswa dan menyesuaikan diri pada tuntutan kurikulum sekolah.
2. Agen perubahan, guru remedial bertugas mengemban dan mengubah kurikulum sekolah, melaksanakan tugas reformasi kelembagaan, selain menghubungkan tugasnya dengan guru mata pelajaran lainnya
3. Motivator, mendorong para ilmuwan untuk melakukan penelitian-penelitian yang dapat memudahkan mencari dan menemukan sebab-sebab kesulitan siswa, pengetahuan, latihan, yang relevan dengan kebutuhan siswa.
4. Pencegah, guru remedial mencegah terjadinya kesulitan belajar pada diri siswa.
5. Konsultan, guru harus siap menyampaikan nasehat kepada guru lainnya yang membutuhkan pengetahuan tambahan dan penyuluhan.
6. Pemberi resep, guru remedial berperan pula sebagai pemberi reesp untuk menyembuhkan siswa yang lamban belajar.
7. Ekspert, guru pendidikan remedial berperan pula sebagai peneliti, pengumpul, pengolah dan penyimpul data hasil penelitian.
Pemahaman tentang pentingnya pendidikan dan pengajaran remedial di sekolah sebagai salah satu pengembangan mutu sumber daya manusia, dan apabila pendidikan ini tidak dilaksanakan maka jumlah siswa yang mengalami kesulitan belajar akan semakin bertambah banyak dan akan menambah beban tanggung jawab masyarakat disekelilingya.
6. Proses Pengajaran Remedial
Pada umumnya proses pengajaran remedial di SMA Negeri 4 Kendari dilakukan pada waktu tertentu. Materi yang diajarkan pada pengajaran ini merupakan materi yang sama degan pengajaran yang diajarkan pada proses belajar mengajar biasa. Pemberian pengajaran tersebut ditujukan kepada siswa dengan tingkat prestasi yang rendah dengan indikator nilai dibawah 6,0 setelah ulangan harian dilakukan.
Berdasarkan hasil wawancara degan guru sosiologi pada SMA Negeri 4 Kendari menunjukkan bahwa pengajaran remedial dalam upaya membantu meningktakan prestasi belajar sisiwa SMA Negeri 4 Kendari memegang peranan penting, karena dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya mata pelajaran sosiologi.
7. Pembelajaran Kooperatif
Konsep pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah bukanlah suatu konsep baru. pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama, yakni kerjasama antara siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran (D.W Johnson, 1987: 79). Para siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan.

a. Karakteristik dan Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Menurut kadir (2002: 18) bahwa :
“Pembelajaran kooperatif memiliki sejumlah karakteristik tertentu yang membedakannya dengan pembelajaran lain. Karakteristik tersebut adalah: (a) mengacu pada keberhasilan kelompok yaitu kemenangan kelompok dalam berkompetisi pada sustu kegiatan pembelajaran; (b) Menekankan peranan anggota; (c) mengandalkan sumber atau bahan; (d) Menekankan interaksi; (e) mengutamakan tanggung jawab; (f) menciptakan peluang untuk kemenangan bersama; (g) mengutamakan hubungan pribadi; (h) meneitikberatkan kepada kepemimpiana bersama; (i) menekankan penilaian atau penghrgaan kelompok”.

Nur (2001: 2) sebagai model pembelajaran kooperatif dimunculkan beberapa unsur-unsur:
“(a) para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam atau berenang bersama; (b) para siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya, disampingtanggung jawab terhadap diri mereka sendiri; (c) para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama; (d) para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara sesame anggota kelompok; (e) para siswa akan diberikan suatu evaluasi kepada seluruh anggota kelompok; (f) para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerjasama selama belajar; (g) para siswa diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif”.

b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

c. Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif
Manfaat – manfaat model pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah, antara lain (Ibrahim, 2000: 18) adalah:
“(a) rasa harga diri menjadi lebih tinggi; (b) memperbaiki kehadiran; (c) penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar; (d) perlakuan mengganggu menjadi lebih kecil; (e) konflik antar pribadi berjurang; (f) sikap aoatis berkurang; (g) pemahaman yang lebih mendalam; (h) hasil belajar lebih tinggi; (i) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi”.














H. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian tindakan kelas (Action Research).
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada siswa kelas X2 SMA Negeri 4 Kendari tahun pelajaran 2006/2007 yang berjumlah 15 orang siswa bermasalah dengan perincian 7 orang laki-laki dan 8 orang perempuan.
3. Faktor yang Diteliti
Faktor-faktor yang diselidiki dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Faktor siswa yaitu menyangkut peningkatan daya serap siswa setelah mengalami pembelajaran remedial.
b. Faktor guru yang dilihat dari cara/teknik guru dalam mengatasi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar serta cara guru dalam menerapkan pembelajaran remedial.
4. Definisi Operasional
Untuk menghindari salah penafsiran terhadap kata-kata yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu didefinisikan sebagai berikut:
a. Remedial adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat pemberian bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam kegiatan pembelajaran di sekolah (Endang, 1981: 80).
b. Ketuntasan belajar adalah perolehan skor siswa diatas 75% melalui tes, setelah siswa mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas.
c. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang sistematis mengembangkan interaksi yang saling mencerdaskan, saling menyayangi, dan saling tenggang rasa antar sesama sebagai latihan hidup didalam masyarakat nyata.
5. Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Action Research) dengan memilih kelas X2 sebagai subyek penelitian khususnya siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar. Sebaaimana yang dikemukakan Suyanto (1997) bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian yang berisfat relaktif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih professional. Untuk melihat gambaran pelaksanaan dalam proses pembelajaran di kelas maka dapat dilihat pada bagan desain penelitian dibawah ini:
Rancangan dan Model Penelitian Tindakan Kelas

Bagan : Rancangan dan model penelitian (PTK)
Sumber: Raka Joni dkk (1998),
Dengan mengacu pada bagan diatas maka prosedur pelaksanaan penelitian tindakan ini meliputi: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan , 3) observasi dan evaluasi, 4) refleksi dalam setiap siklus. Secara rinci kegiatan pada masing-masing tahap ini diuraikan sebagsai berikut:
1) Perencanaan
a. Peneliti bersama guru sosiologi kelas X2 berdiskusi, mengeksplorasi teori yang relevan, dan mengidentifikasi masalah pembelajaran, serta menetapkan alternatif tindakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam pembelajaran sosiologi khususnya pada siswa yang belum tuntas atau yang diberikan remedial, hasil kesepakatan ditetapkan dengan mengggunakan kooperatif.
b. Peneliti membuat perencanaan pengajaran sesuai dengan rahap-tahap model pembelajaran dengan pendekatan kooperatif yang akan diterapkan untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran sosiologi khususnya pada materi nilai dan norma sosial pada siswa kelas X2 SMA Negeri 4 Kendari.
c. Mengembangkan format pengamatan pembelajaran untuk pembeljaran dengan menggunakan pendekatan kooperatif.
d. Mengembangkan alat evaluasi tentang materi yang belum tuntas khususnya materi nilai dan norma sosial pada siswa kelas X2 SMA Negeri 4 Kendari.
2) Pelaksanaan Tindakan
a. Peneliti mengamati guru didalam kelas selama melaksanakan tindakan dalam proses pembelajaran remedial dengan menggunakan pendekatan kooperatif.
b. Peneliti secara kontinyu melakukan pengamatan terhadap perilaku yang terjadi pada diri siswa dan membuat catatan tentang dampak perilaku guru terhadap siswa.
3) Observasi, kegiatannya adalah melaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Proses observasi dilakukan sejak awal hingga akhir penelitian di kelas. Objek yang diamati adalah peristiwa-peristiwa yang menjadi indikator keberhasilan atau ketidak berhasilan, pemecahan masalah dengan pendekatan kooperatif yang sedang diterapkan dalam pembelajaran. Indikator-indikator yang terdapat pada perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, aspek guru dan aspek siswa serta evaluasi pembelajaran.
4) Evaluasi, dilakukan pada setiap akhir siklus tindakan. Evaluasi bertujuan untuk melihat apakah siswa sudah mencapai ketuntasan belajar terhadap materi yang diajarkan. Adapun kriteria untuk mengukur keberhasilan siswa yaitu apabila siswa secara perorangan memperoleh nilai 65 keatas. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila 75% ke atas secara klasikal.
5) Refleksi, hasil yang diperoleh dalam tahap observasi dikumpulkan dan dianalisis. Dari hasil yang didapatkan, guru akan merefleksikan diri setelah melihat data observasi. Bila hasil yang diperoleh belum memenuhi target yang telah ditetapkan pada indikator kinerja maka penelitian ini akan dilanjutkan pada sisklus berikutnya dengan memperbaiki kinerja yang dilakukan sebelumnya.
Kegiatan penelitian ini dimulai dengan kegiatan orientasi dan observasi terhadap latar belakang penelitian yang meliputi latar sekolah, guru, siswa, dalam memberikan remedial kepada siswa. Prosedur yang ditempuh adalah:
1. Perencanaan tindakan
2. Pelaksanaan tindakan
3. Observasi dan interpretasi
4. Analisis dan refleksi
F. Sumber Data, Jenis Data, dan Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru.
2. Jenis Data
Jenis data yang diperoleh adalah data kulaitatif dan data kuantitaif

3. Cara Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama kegiatan pembeljaran, sebgai upaya untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran serta perubahan-perubahan yang terjadi dalam kelas.
b. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah (1) evaluasi pada awal tindakan bertujuan untuk mengetahui siswa-siswa yang bermasalah dan (2) evaluasi pada setiap akhir tindakan untuk dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa.
G. Prosedur Pengajaran Remedial
Langkah-langkah pengajaran remedial dengan menggunakan pendekatan kooperatif adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran remedial
2. Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 3 orang satu kelompok.
3. Guru memjelaskan materi pelajaran kepada siswa.
4. Guru membagi tugas pada masing-masing kelompok.
5. Guru mengontrol siswa (kelompok) pada saat mengerjakan tugas kelompok.
6. Guru menyuruh siswa untuk mempresentasikan jawabannya di depan kelas.
7. Guru menyuruh siswa untuk memberikan tanggapan hasil presentasi dari kelompok lain.

8. Guru menjelaskan kembali hasil diskusi dari masing-masing kelompok.
9. Guru memberikan evaluasi secara klasikal.
H. Teknik Analisis Data
Data hasil penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif yang meliputi penggambaran tentang perkembanagan ketuntasan belajar siswa mulai dari I sampai sisklus terakhir. Data hasil tindakan pada masing-masing siklus dilakukan perbandingan antara satu dengan yang lain untuk menarik suatu kesimpulan.
I. Indikator Penelitian
Indikator keberhasilan penelitian ini adalah tingkat keberhasilan guru dalam pembelajaran remedial serta tingkat ketuntasan belajar siswa terhadap materi secara individual 65% dan secara klasikal 75%.
J. Rincian dan Prosedur Penelitian
Kegiatan pendahuluan:
a. Observasi
b. Rencana Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah membuat skenario pembelajaran untuk pelaksanaan tindakan setiap siklus, merumuskan tujuan pembelajaran khusus dalam tiap tahap, membuat rencana pelajaran untuk tindakan setiap siklus, membuat lembar observasi terhadap siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung, menyusun langkah-langkah pembelajaran, merencanakan pengelolaan kelas, merencanakan prosedur, jenis dan menyiapkan alat penilaian.
c. Pelaksanaan Tindakan
1) Tindakan Siklus I
a) Kegiatan I : Penyajian kelas pertemuan pertama
Guru menjelaskan materi pembelajaran sosiologi pokok bahasan nilai dan norma sosial melalui pendekatan kooperatif. Peneliti menggunakan kesesuaian antara proses pembelajaran dengan skenario pembelajaran ang tela dibuat.
b) Kegaitan II : Penyajian kelas pertemuan kedua
Guru Mendemonstrasikan cara mengklasifikasi tidakan-tindakan yang termasuk dalam nilai dan norma. Pada pertemuan ini guru melanjutkan materi sebelumnya dengan sub pokok bahasan penyimpangan sosial dan cara mengatasinya.
c) Kegiatan III : Penyajian kelas pertemuan ketiga
Pada pertemuan ini guru masih melanjutkan pokok bahasan sebelumnya dengan sub pokok bahsan penyimpangan sosial an caa mengatasinya. Guru menjelaskan bentuk-bentuk penyimpangan sosial. Pada akhir pembelajaran dilakukan tes perorangan (tes tindakan siklus I) yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana materi yang dipelajari pada pertemuan I, II, dan III yang dapat dipahami oleh siswa. Pada akhir siklus ini diadakan analisis dan refleksi terhadap hasil temuan aau catatan harian guru dan peneliti ang diaplikasikan pada tindakan silkus II.
2) Tindakan Siklus II
Kegiatan : Penyajian kelas pertemuan I
Pada pertemuan ini guru masih melanjutkan pokok bahasan sebelumnya dengan sub pokok bahasan penyimpangan sosial dan cara mengatasinya dengan cara melibatkan siswa dalam kehidupan mereka sehari- hari. Pada akhir proses pembelajaran dilakukan tes (tes tindakan siklus II) yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana ketuntasan materi pada tindakan siklus II. Selanjutnya seluruh kegiatan penelitian aitu siklus I an siklus II direfleksikan yaitu data pada lembar observasi dianalisis (reduksi data, sajian data dan penyimpulan) serta semua data hasil evaluasi (kedua hasil tindakan) dianalisis dengan menggunakan cara analisis ulangan harian dan pencapaian ketuntasan belajar secara klasikal dengan tujuan untuk melihat sejauh mana ketuntasan beljar siswa kelas X2 SMA Negeri 4 Kendari dengan menggunakan pendekatan kooperatif.





DAFTAR PUSTAKA

Endang, M. 1981. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial. Jakarta: Depdikbud.

GBHN. 2000. Pembangunan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Depdikbud.

Hamalik, O. 1993. Metode Belajar Dan Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito.

Johnson, DW. 1991. Active Learning Cooperative In The College Classroom. Interaction Book Company.

Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNS.

Kadir, A. 2000. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe STAD. USA: A Simon and Scuster Company.

Natawijaya, R. 1980. Pengajaran Remedial. Jakarta: Depdikbud.

Nur, M. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNS.

Rusyan. 1989. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Remaja rosdakarya. Bandung.

Roetsiyah, . 1988. Masalah-Masalah Ilmu Keguruan. Jakarta: Bina Aksara.

Sofyan. G. 1989. Pengajaran Remedial. Kendari. Unhalu.

Wijaya, C. 1996. Pendidikan Remedial (Sarana Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Winkel. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.

_______ . 1989. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.




1 komentar:

Anonim mengatakan...

maaf sbelumnya, untuk buku di dftr pustaka ttg remedial bisa didapatkan dmn ya..?, soalnya saya nyari untuk rfrensi skripsi nggak pernah nemu.
trimakasih

Posting Komentar